Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan HB.X, yaitu hari Selasa Wage, selalu diperingati para abdi-dalem Kraton Jogja dengan gladhi jemparingan Mataraman, bertempat di halaman Kagungan Dalem Bangsal Kemandhungan.
Jemparingan Mataram atau di dalam kraton lebih dikenal dengan Jemparingan Mataraman gagrag (gaya) karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, adalah seni memanah tradisional khas kraton Jogja peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1
Panahan gaya Kraton Yogyakarta ini UNIK, karena dilakukan dalam posisi duduk bersila TANPA diijinkan mengincar sasaran dengan dilihat menggunakan mata.Â
Yup ! Jemparingan Keraton adalah 'meditasi dengan laku memanah' untuk melatih kepekaan-hati (manah / olah roso).
Menurut catatan di Kraton Yogyakarta, jemparingan sudah menjadi salahsatu mata pelajaran wajib yang diajarkan di Sekolah TAMANAN, sekolah pertama yang didirikan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 pada tahun 1757 M, untuk mendidik para sentana (bangsawan & keluarga sultan) dan keluarga para pejabat tinggi istana.
Foto di atas saya ambil tanggal 12 /07/2022 lalu. Tampak pria berkaos putih mengenakan peci hitam adalah KRT. H. Jatiningrat, SH cucu Alm. Sri Sultan HB.VIII.Â
Di sampingnya yang berkaos merah adalah KRT. Hastononingrat, adik beliau yang sekarang menjadi penghageng  di makam raja-raja Mataram di Imogiri dan Kotagede.
Jemparingan Mataraman Kraton Yogyakarta memang dulunya hanya untuk para abdi-dalem kraton saja. Namun sekarang, atas ijin Kangjeng Jatiningrat, ketua Paguyuban jemparingan "GANDHEWA MATARAM'' karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, kami masyarakat Umum juga diperbolehkan nyawiji (bergabung) dan belajar memanah bersama-sama para abdi dalem.