Mohon tunggu...
Kris Budiharjo
Kris Budiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Keraton dan gaya Pakualaman Jogja

Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Kraton Yogyakarta & gaya Pakualaman, website: KrisAmbar.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jemparingan Mataram dan Jegulan Apa Bedanya?

1 November 2022   10:30 Diperbarui: 27 Januari 2023   00:31 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by. Kris Budiharjo - JEMPARINGAN.COM

Jemparingan Mataram gaya lama (busur horisontal) & Jegulan dipertandingkan di HUT ke 67 Kabupaten  Kulon Progo, hari Minggu kemarin - 23 Oktober 2022. 

Jemparingan Mataram atau jemparingan Mataraman gaya Kraton, atau ada juga yang memanggilnya : 'jemparingan keraton' MULAI marak digemari masyarakat Yogyakarta baik tua maupun muda.

Permainan panahan-tradisional yang berasal dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini sudah diajarkan sejak awal berdirinya kraton Jogja (1755 M), dan menjadi salahsatu mata pelajaran di Sekolah TAMANAN - sekolah yang didirikan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 untuk sentana (kaum kerabat raja / bangsawan) & pejabat tinggi istana Yogyakarta.

Jemparingan keraton memiliki pakem / aturan-baku, seperti :
- stance / posisi memanah badan agak menyerong atau tidak menghadap langsung ke sasaran panah (wong-wongan / lesan)

- duduk bersila : baik putra maupun putri, dengan posisi kaki-kanan di depan.

- tidak diperkenankan memanah ngedhe / ngidal.

- mengincar sasaran  BUKAN dengan dilihat mata (di inceng), melainkan dengan 'olah roso' / instinctive archery 

- dll

Foto by : Kris Budiharjo - Jemparingan.com
Foto by : Kris Budiharjo - Jemparingan.com

Di Surakarta, Klaten, dan sekitarnya juga ada jemparingan Mataraman dengan cara memanah / memegang busur secara horisontal, tapi BEDANYA penjemparing memanah DENGAN DIINCAR dengan dilihat MATA (bandingkan gaya ke-2 pemanah di atas). Ada yang menyebutnya : jegulan, jethotan, dll.

Bagaimana CARAnya bermain jegulan?

Sebelum berkembang jemparingan modern (busur miring), istilah 'jegulan' pernah marak di Yogyakarta, terutama dikalangan masyarakat Umum (non abdi-dalem kraton Yogyakarta). SEMUA yang menjemparing dengan pegang busur secara horisontal 'dilabeli' : jegulan. 

Saya pun dulu tahunya begitu, berpikir DAN mengajarkankan via facebook, instagram, blogger,twitter, dll bahwa : jemparingan busur horisontal itu namanya : jegulan. Padahal tidaklah demikian.

Hal ini terjadi KARENA jemparingan Mataram / jemparingan keraton Yogyakarta memang TIDAK (BOLEH) diajarkan untuk masyarakat Umum, hanya untuk kalangan abdi-dalem kraton saja. Bahkan kata 'jegulan' tidak dikenal di dalam kraton Yogyakarta.

Sewaktu saya mencoba mencari data tertulis, baik di Kraton Yogyakarta, Kadipaten Puro Pakualaman, maupun bausastra, tetap tidak / belum saya temukan kata 'jegulan, jegolan, dll'.

Foto : Kris Budiharjo - Jemparingan.Com
Foto : Kris Budiharjo - Jemparingan.Com

Jegulan adalah teknik jemparingan di luar keraton Yogyakarta. Saya pribadi lebih banyak belajar jegulan di Jatinom Klaten dan Solo.

Tekniknya cukup SEDERHANA : pegang busur secara horisontal atau bisa juga agak miring (supaya anak-panah tidak bergeser-geser); pasang anak-panah dan INCAR / arahkan ujung bedor (mata-panah) ke arah patok di bawah bandul. Untuk koreksi tinggal ikuti kawat vertikal pengikat bandul bagian bawah itu. Simpel banget !

Baca selanjutnya : Jemparingan sarana mendekatkan PEJABAT dg bawahannya

Kembali ke AWAL ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun