Jemparingan Mataram gaya lama (busur horisontal) & Jegulan dipertandingkan di HUT ke 67 Kabupaten  Kulon Progo, hari Minggu kemarin - 23 Oktober 2022.Â
Jemparingan Mataram atau jemparingan Mataraman gaya Kraton, atau ada juga yang memanggilnya : 'jemparingan keraton' MULAI marak digemari masyarakat Yogyakarta baik tua maupun muda.
Permainan panahan-tradisional yang berasal dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini sudah diajarkan sejak awal berdirinya kraton Jogja (1755 M), dan menjadi salahsatu mata pelajaran di Sekolah TAMANAN - sekolah yang didirikan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1 untuk sentana (kaum kerabat raja / bangsawan) & pejabat tinggi istana Yogyakarta.
Jemparingan keraton memiliki pakem / aturan-baku, seperti :
- stance / posisi memanah badan agak menyerong atau tidak menghadap langsung ke sasaran panah (wong-wongan / lesan)
- duduk bersila : baik putra maupun putri, dengan posisi kaki-kanan di depan.
- tidak diperkenankan memanah ngedhe / ngidal.
- mengincar sasaran  BUKAN dengan dilihat mata (di inceng), melainkan dengan 'olah roso' / instinctive archeryÂ
- dll
Di Surakarta, Klaten, dan sekitarnya juga ada jemparingan Mataraman dengan cara memanah / memegang busur secara horisontal, tapi BEDANYA penjemparing memanah DENGAN DIINCAR dengan dilihat MATA (bandingkan gaya ke-2 pemanah di atas). Ada yang menyebutnya : jegulan, jethotan, dll.
Bagaimana CARAnya bermain jegulan?
Sebelum berkembang jemparingan modern (busur miring), istilah 'jegulan' pernah marak di Yogyakarta, terutama dikalangan masyarakat Umum (non abdi-dalem kraton Yogyakarta). SEMUA yang menjemparing dengan pegang busur secara horisontal 'dilabeli' : jegulan.Â
Saya pun dulu tahunya begitu, berpikir DAN mengajarkankan via facebook, instagram, blogger,twitter, dll bahwa : jemparingan busur horisontal itu namanya : jegulan. Padahal tidaklah demikian.
Hal ini terjadi KARENA jemparingan Mataram / jemparingan keraton Yogyakarta memang TIDAK (BOLEH) diajarkan untuk masyarakat Umum, hanya untuk kalangan abdi-dalem kraton saja. Bahkan kata 'jegulan' tidak dikenal di dalam kraton Yogyakarta.
Sewaktu saya mencoba mencari data tertulis, baik di Kraton Yogyakarta, Kadipaten Puro Pakualaman, maupun bausastra, tetap tidak / belum saya temukan kata 'jegulan, jegolan, dll'.
Jegulan adalah teknik jemparingan di luar keraton Yogyakarta. Saya pribadi lebih banyak belajar jegulan di Jatinom Klaten dan Solo.
Tekniknya cukup SEDERHANA : pegang busur secara horisontal atau bisa juga agak miring (supaya anak-panah tidak bergeser-geser); pasang anak-panah dan INCAR / arahkan ujung bedor (mata-panah) ke arah patok di bawah bandul. Untuk koreksi tinggal ikuti kawat vertikal pengikat bandul bagian bawah itu. Simpel banget !
Baca selanjutnya : Jemparingan sarana mendekatkan PEJABAT dg bawahannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H