Jelang bertolak ke Arab Saudi, semua temus terpilih beberapa kali berkumpul guna pemberian briefing oleh pihak KBRI Cairo dan PPMI Mesir terkait hal-hal yang menyangkut pelayanan jamaah haji, rapat penentuan koordinator seluruh temus dan koordinator daerah kerja, sampai pembagian daerah kerja dan hotel bagi seluruh temus asal Mesir. Aku sendiri ditempatkan di daerah kerja Jeddah, tepatnya di Bandara King Abdul Aziz di bagian transportasi jamaah haji.
Hari keberangkatan pun tiba. Para temus terpilih yang berjumlah seratus orang dilepas dari Cairo oleh jajaran pengurus PPMI Mesir dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berada di Negeri Kinanah itu. Ramai sekali. Pemandangannya persis seumpama pelepasan jamaah haji di Indonesia. Hari itu, dengan bus-bus besar, kami, para temus asal Mesir bertolak dari Cairo menuju Alexandria Airport untuk selanjutnya terbang ke Jeddah, Arab Saudi.
Setiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, kami langsung disambut oleh bapak-bapak PPIH Arab Saudi. Sejatinya, Bandara King Abdul Aziz sangat luas dan megah. Wajar memang, karena sepanjang tahun jutaan jamaah haji dan umrah mendarat di bandara ini untuk selanjutnya bertolak ke Makkah atau Madinah. Saat itu, aku melihat beberapa orang temus sudah stand by di bandara dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dipadu dengan celana berbahan gelap. Mereka sudah sampai di Arab Saudi beberapa hari sebelumnya, kendati hingga hari itu belum ada jamaah haji Indonesia yang datang.
Bertugas Delapan Jam Setiap Hari
Dua hari setelah sampai di Jeddah, aku mulai bertugas sebagai temus. Sehari sebelumnya kami menerima arahan dari kepala daerah kerja masing-masing dan diberikan seragam kerja. Hari itu adalah hari pertama kedatangan jamaah haji Indonesia. Perjalanan dari hotel menuju ke Bandara King Abdul Aziz dan sebaliknya memakan waktu satu jam, sehingga satu jam sebelum tugas dimulai kami sudah harus berangkat ke bandara dengan bus-bus PPHI. Lantaran kelelahan setiap harinya, tak jarang beberapa orang dari kami memanfaatkan waktu perjalanan dari dan ke bandara untuk tidur.
Di daerah kerja Jeddah yang berpusat di bandara itu, satu shift tugas terdiri dari bagian administrasi, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), bagian penyambutan jamaah, bagian pengaturan bagasi, bagian transportasi, dan beberapa orang sopir. Setiap shift bekerja setiap hari selama delapan jam, untuk kemudian digantikan oleh shift berikutnya. Seminggu sekali ada hari lembur, dengan durasi kerja dua belas jam setiap shift.
Detail pekerjaanku sebetulnya tidak sulit, lokasi tugas pun berada di dalam kompleks bandara yang teduh dan tidak panas. Berbeda dengan rekan-rekan temus lapangan di Makkah dan Madinah yang sepanjang hari harus standby melayani jamaah haji di bawah terik matahari. Akan tetapi, pekerjaanku ini bisa menjadi sangat repot dalam kondisi-kondisi tertentu.
Namun, betapa repotnya ketika detail tugas di atas hanya dipegang oleh dua-tiga orang temus di bagian transportasi, sementara pada saat bersamaan ada beberapa kloter sekaligus yang mendarat di bandara. Urusan satu kloter belum selesai, ternyata sudah ditambah oleh kloter-kloter berikutnya. Stres dan pusing rasanya, apalagi ditambah dengan sikap calon jamaah haji yang kerap tidak sabar untuk segera diberangkatkan ke Makkah.
Terkadang aku dibuat heran. Para jamaah calon haji ini baru saja mendarat di Jeddah setelah menempuh perjalanan belasan jam dari tanah air. Bukannya capek dan beristirahat dulu, mereka malah ingin langsung melanjutkan perjalanan ke Makkah saat itu juga. Agaknya para jamaah ini sudah tidak sabar ingin segera melihat dan bersujud di depan Ka'bah, mengingat mereka sudah menunggu jadwal keberangkatan ke tanah suci belasan tahun lamanya.
Batu Ulekan Cabe