Mohon tunggu...
Jemmy Hendiko
Jemmy Hendiko Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer | Translator | Interpreter | Editor | Freelance Writer | Blogger |

Seorang pembelajar yang gemar memungut ide-ide yang bertebaran lalu mengabadikannya dalam tulisan. Lahir dan tumbuh di Talang, sebuah nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia merampungkan studi S-2 di International Islamic University Malaysia (IIUM), sedangkan jenjang S-1 ia selesaikan di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Aktivitasnya saat ini adalah sebagai dosen, dai, penulis, penerjemah Arab-Indonesia (vice versa), penerjemah Inggris-Indonesia (vice versa), jurnalis di www.indonesiaalyoum.com, interpreter, dan editor di sejumlah penerbit di tanah air. Punya hobi menulis sejak kecil dan semakin terasah ketika menjejakkan kaki di Negeri Para Nabi, Mesir. Ia bisa dihubungi melalui akun Twitter: @jemmyhendiko dan e-mail: jemmyhendiko@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Undian Temus dan Memoar Bandara King Abdul Aziz (Secarik Kisah Perjalanan Haji)

11 Maret 2018   13:21 Diperbarui: 11 Maret 2018   13:57 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang bertolak ke Arab Saudi, semua temus terpilih beberapa kali berkumpul guna pemberian briefing oleh pihak KBRI Cairo dan PPMI Mesir terkait hal-hal yang menyangkut pelayanan jamaah haji, rapat penentuan koordinator seluruh temus dan koordinator daerah kerja, sampai pembagian daerah kerja dan hotel bagi seluruh temus asal Mesir. Aku sendiri ditempatkan di daerah kerja Jeddah, tepatnya di Bandara King Abdul Aziz di bagian transportasi jamaah haji.

Hari keberangkatan pun tiba. Para temus terpilih yang berjumlah seratus orang dilepas dari Cairo oleh jajaran pengurus PPMI Mesir dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berada di Negeri Kinanah itu. Ramai sekali. Pemandangannya persis seumpama pelepasan jamaah haji di Indonesia. Hari itu, dengan bus-bus besar, kami, para temus asal Mesir bertolak dari Cairo menuju Alexandria Airport untuk selanjutnya terbang ke Jeddah, Arab Saudi.

Setiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, kami langsung disambut oleh bapak-bapak PPIH Arab Saudi. Sejatinya, Bandara King Abdul Aziz sangat luas dan megah. Wajar memang, karena sepanjang tahun jutaan jamaah haji dan umrah mendarat di bandara ini untuk selanjutnya bertolak ke Makkah atau Madinah. Saat itu, aku melihat beberapa orang temus sudah stand by di bandara dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dipadu dengan celana berbahan gelap. Mereka sudah sampai di Arab Saudi beberapa hari sebelumnya, kendati hingga hari itu belum ada jamaah haji Indonesia yang datang.

Bertugas Delapan Jam Setiap Hari

Dua hari setelah sampai di Jeddah, aku mulai bertugas sebagai temus. Sehari sebelumnya kami menerima arahan dari kepala daerah kerja masing-masing dan diberikan seragam kerja. Hari itu adalah hari pertama kedatangan jamaah haji Indonesia. Perjalanan dari hotel menuju ke Bandara King Abdul Aziz dan sebaliknya memakan waktu satu jam, sehingga satu jam sebelum tugas dimulai kami sudah harus berangkat ke bandara dengan bus-bus PPHI. Lantaran kelelahan setiap harinya, tak jarang beberapa orang dari kami memanfaatkan waktu perjalanan dari dan ke bandara untuk tidur.

Di daerah kerja Jeddah yang berpusat di bandara itu, satu shift tugas terdiri dari bagian administrasi, Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), bagian penyambutan jamaah, bagian pengaturan bagasi, bagian transportasi, dan beberapa orang sopir. Setiap shift bekerja setiap hari selama delapan jam, untuk kemudian digantikan oleh shift berikutnya. Seminggu sekali ada hari lembur, dengan durasi kerja dua belas jam setiap shift.

Detail pekerjaanku sebetulnya tidak sulit, lokasi tugas pun berada di dalam kompleks bandara yang teduh dan tidak panas. Berbeda dengan rekan-rekan temus lapangan di Makkah dan Madinah yang sepanjang hari harus standby melayani jamaah haji di bawah terik matahari. Akan tetapi, pekerjaanku ini bisa menjadi sangat repot dalam kondisi-kondisi tertentu.

dok. pribadi
dok. pribadi
Sebagai petugas temus di bagian transportasi, tugasku adalah menerima kloter jamaah yang sudah disambut oleh bagian penyambutan, mengumpulkan semua paspor dari ketua kloter, meminta setiap kloter agar berbaris menjadi beberapa kelompok sesuai nomor urut bus, lalu mengarahkan mereka menuju bus-bus yang sebelumnya sudah kutempeli stiker nomor dan nama kloter. Bus-bus inilah yang selanjutnya akan membawa para jamaah calon haji menuju Makkah.

Namun, betapa repotnya ketika detail tugas di atas hanya dipegang oleh dua-tiga orang temus di bagian transportasi, sementara pada saat bersamaan ada beberapa kloter sekaligus yang mendarat di bandara. Urusan satu kloter belum selesai, ternyata sudah ditambah oleh kloter-kloter berikutnya. Stres dan pusing rasanya, apalagi ditambah dengan sikap calon jamaah haji yang kerap tidak sabar untuk segera diberangkatkan ke Makkah.

Terkadang aku dibuat heran. Para jamaah calon haji ini baru saja mendarat di Jeddah setelah menempuh perjalanan belasan jam dari tanah air. Bukannya capek dan beristirahat dulu, mereka malah ingin langsung melanjutkan perjalanan ke Makkah saat itu juga. Agaknya para jamaah ini sudah tidak sabar ingin segera melihat dan bersujud di depan Ka'bah, mengingat mereka sudah menunggu jadwal keberangkatan ke tanah suci belasan tahun lamanya.

Batu Ulekan Cabe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun