Tapi tak ada dihubungi, berarti stoknya memang tak ada. Padahal aku curiga kalau mereka masih menyimpan buku-buku Jogja itu di gudang mereka.
Sekali waktu balik lagi ke toko buku itu. Setelah memutar-mutar di antara buku-buku Rohani, akhirnya sampai ke setumpuk buku bercover silver, dan benar saja itu buku Zarathustra. Andrenalinku naik. Senangnya minta ampun. Tanpa ba-bi-bu, buku-buku itu langsung kupindahkan ke kasir. Dan senang bertambah, ternyata di rak yang lain masih terpajang beberapa kopi buku metamorfosis Kafka. Dengan rasa penuh kemenangan aku pulang membawa setempuk buku Bentang: tentu saja tidak lagi dengan bayang-bayang rasa lapar, hahahaha ...
***
SEBUAH SMS MASUK ke HP Nokia 3310 salah satu “alat produksi” kesayangan wakut itu.
“ZARATHUSTRA BERAPA, bang?”
“150ribu!”
“Wah! Sudah mahal ya!”
Memang jual mahal, bahkan di lapak lain dipasang dengan bandrol yang lebih mahal lagi.
“Ini dengan siapa?”
“BK (sengaja inisial dia perSMS mengirimnya lengkap)
Penerbitnya, dulu!” balasnya.
BK? Penggemar buku Bentang pasti tak asing dengan nama ini karena biasanya tercetak sebagai pendesain cover dan layout buku-buku Bentang disamping tentu saja Ong Hari Wahyu. Dari cerita-cerita sesama pelapak tersiar juga kalau BK adalah pemiliknya, dan konon telah dijual ke salah satu satu penerbit berbasis di Bandung. Tapi kok masak sih BK tidak mempunyai satu kopi dari buku-buku terbitannya. Entahlah!