Dengan membatasi akses China ke teknologi AS, pemerintah AS berharap dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam teknologi global dan mencegah penyebaran teknologi canggih ke pesaing utamanya. Ini adalah strategi yang dirancang untuk memastikan bahwa AS tetap berada di garis depan inovasi teknologi.
Namun, kebijakan ini juga memiliki dampak signifikan. Di satu sisi, proteksionisme teknologi dapat memicu inovasi dan pertumbuhan dalam industri teknologi domestik AS. Ini dapat mendorong penelitian dan pengembangan, dan membantu memastikan bahwa AS tetap menjadi pemimpin dalam teknologi baru dan inovatif.
Di sisi lain, kebijakan ini dapat memicu konflik dengan China dan negara-negara lain, merusak hubungan bilateral dan menimbulkan ketidakstabilan dalam perdagangan dan ekonomi global. Ini adalah konsekuensi yang harus dipertimbangkan dengan serius, karena dapat memiliki dampak jangka panjang pada posisi AS dalam ekonomi global.
Selain itu, ada juga pertanyaan tentang apakah proteksionisme teknologi ini berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam ekonomi global yang semakin saling tergantung, isolasi teknologi mungkin bukanlah strategi yang efektif atau realistis. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari strategi yang telah dilakukan ini dan mencari pendekatan yang lebih berkelanjutan dan inklusif dalam menghadapi tantangan teknologi global.Â
Konflik teknologi antara Amerika Serikat dan China telah mempengaruhi dinamika perdagangan global dengan berbagai cara
- Pertama, proteksionisme teknologi AS telah memicu perang tarif dan sanksi ekonomi yang melibatkan banyak negara lain. Ini telah mengganggu rantai pasokan global dan menciptakan ketidakpastian dalam pasar internasional.
- Kedua, konflik ini telah mempercepat fragmentasi internet atau apa yang sering disebut "Splinternet". Ini mengacu pada pembagian internet menjadi beberapa "blok" regional yang dipimpin oleh kekuatan besar seperti AS dan China. Ini dapat membatasi aliran informasi dan teknologi antar negara dan menghambat kerjasama internasional dalam bidang teknologi.
Dampak jangka panjang dari strategi ini masih harus dilihat. Meskipun proteksionisme teknologi mungkin memberikan keuntungan jangka pendek bagi industri teknologi domestik AS, ada risiko serius bahwa ini dapat merusak hubungan internasional dan memicu balasan dari negara-negara lain.
Selain itu, dalam ekonomi global yang semakin saling tergantung, isolasi teknologi mungkin bukanlah strategi yang efektif atau realistis. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari strategi ini dan mencari pendekatan yang lebih berkelanjutan dan inklusif dalam menghadapi tantangan teknologi global.
Pada akhirnya, solusi yang paling berkelanjutan mungkin melibatkan kerjasama internasional yang lebih besar dalam bidang teknologi, dengan negara-negara bekerja sama untuk mengatur teknologi dan memastikan bahwa manfaatnya dapat dinikmati oleh semua orang, bukan hanya oleh beberapa negara yang dominan.
Merkantilisme, dengan akarnya yang mendalam di masa lalu, telah menemukan relevansinya kembali dalam konflik teknologi antara dua kekuatan dunia: Amerika Serikat dan China. Prinsip-prinsipnya yang mengutamakan peningkatan ekspor dan pengurangan impor telah diadaptasi ke dalam strategi proteksionisme teknologi yang diterapkan oleh AS. Ini merupakan upaya untuk mempertahankan supremasi dalam arena global yang semakin didominasi oleh inovasi teknologi.
Konflik teknologi ini tidak hanya mencerminkan pertarungan kekuatan ekonomi tetapi juga menandai pergeseran dalam tatanan geopolitik. Dampak dari strategi ini terhadap hubungan bilateral AS-China telah signifikan, mempengaruhi perdagangan global dan menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan strategi proteksionisme dalam jangka panjang.
Dengan membatasi akses China ke teknologi canggih, AS mungkin memperoleh keuntungan jangka pendek. Namun, pertanyaan yang lebih besar adalah apakah pendekatan ini akan menguntungkan dalam jangka panjang atau justru akan memicu isolasi dan konflik yang lebih luas. Ketergantungan global yang semakin meningkat pada teknologi menuntut pendekatan yang lebih kolaboratif dan inklusif, di mana negara-negara dapat bekerja sama untuk mengatur teknologi dan memastikan manfaatnya dapat dinikmati secara luas.