Mohon tunggu...
Jembar tahta
Jembar tahta Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pejalan sunyi, penikmat karya tuhan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Shodaqoh Demokrasi

27 November 2024   00:58 Diperbarui: 27 November 2024   02:04 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Berbeda dengan kasus diskriminasi, dalam politik uang, kesalahan tidak sepenuhnya ada pada rakyat. Paslon dan para petinggi politik yang memainkan cara licik inilah yang harus dipersalahkan. Mereka menaburkan uang untuk meraup suara, sementara rakyat---terutama mereka yang hidup dalam kesulitan ekonomi---tidak punya banyak pilihan. Bagi sebagian besar rakyat, uang 50 hingga 200 ribu itu berarti besar.

Namun, di sinilah ironi muncul. Uang yang diterima sering kali dianggap wajar. Bahkan istilah "serangan fajar" telah menjadi bagian dari tradisi pemilu. Betapa murahnya harga suara rakyat kita. Bahkan beberapa tokoh agama ikut terpengaruh, menyarankan untuk menerima uangnya tetapi tidak "memasukkannya ke perut." Tapi bukankah uang itu tetap menjadi bagian dari hidup kita, entah untuk beli bensin atau keperluan lain? Masih murni kah niat dan perjalanan kita setelah menerima uang itu?

Logika yang dihasilkan oleh politik uang begitu berbahaya. Paslon memanfaatkan kemiskinan rakyat untuk keuntungan mereka. Semakin miskin rakyat, semakin mudah suara mereka dibeli. Setelah pemilu usai, rakyat yang semula penting menjadi terlupakan.

Maka dari itu, gunakan hak pilihmu dengan bijak. Jangan golput. Pilihanmu adalah suara yang menentukan masa depan Indonesia. Dasarkan keputusanmu pada hati dan logika, bukan sekadar pada rupiah yang ditawarkan.

Biarlah pilihan kita menjadi shodaqoh demokrasi untuk negeri ini. Cobloslah dengan niat baik, lalu pasrahkan hasilnya kepada Tuhan. Jika pemimpin yang kita pilih amanah, biarkan mereka melanjutkan tugasnya. Jika tidak, kita percaya bahwa Tuhan yang akan memberikan ganjarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun