Mohon tunggu...
Zema
Zema Mohon Tunggu... Penulis - orang biasa

Hidup ini sederhana, perasaan memperumitnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengadopsi Pola Pendidikan Israel Kuno di Tengah Pandemik

22 Juni 2020   22:34 Diperbarui: 22 Juni 2020   22:40 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak diduga, Tidak disangka, bak tayangan film di bioskop, mendadak semua berubah. Kehadiran Covid-19 yang terkesan mendadak, akan dikenang sebagai sejarah baru bagi dunia.  Salah satu dampak dari peristiwa ini berimbas pada orang tua siswa dimana kewajiban belajar anak menjadi tanggung jawab "orang rumah"

Keluh-kesah mulai terdengar bersaman dengan pengakuan betapa besarnya jasa para guru di sekolah (Sabar-sabar aja ya yang punya emak "super" kaya saya" hehe).

Berbicara tentang tanggung jawab orangtua mengajar anak, tahukah anda? (eh langsung aja ya, hehe).  Jadi gini melalui Kitab Perjanjian Lama, (Khususnyya di antara lima kitab Pentateukh: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) dapat dilihat bahwa Allah pernah membentuk keluarga-keluarga Israel menjadi lembaga pendidikan pertama dimana yang bertanggung jawab atas pendidikan anaknya adalah orangtua, terutama ayah.

Dikutip dari Buku W. Stanley Heath berjudul Teologi Pendidikan Anak maka kurang lebih seperti gambaran  pola pendidikannya :

Anak laki-laki Israel diasuh oleh ibunya sampai usia tiga tahun, kemudian mereka mendampingi ayahnya di ladang serta belajar memelihara dan melindungi ternak dari terkaman binatang buas. Pada waktu yang sama mereka belajar sikap ayahnya dalam menghadapi tantangan dan serangan.

Anak perempuan akan diasuh terus oleh ibunya sampai waktu menikah. Ia disiapkan dengan belajar cara mengatur rumah tangga, seperti memasak dan menjahit. Selama masa itu, ia mempersiapkan bekal yang akan diperlukannya ketika nanti berumah tangga sendiri.

Nah, berikut ini Isi pengajaran yang diberikan orangtua, mereka harus memampukan anak-anaknya untuk:

1. Beribadah kepada Allah, pencipta langit dan bumi

2. Siap untuk menikah dan mendirikan rumah tangganya sendiri.

3. Mengembangkan keterampilan kerja agar dapat membiayai dan mengrus rumah tangganya itu.

Namun di antara semuanya itu, yang terutama adalah orangtua pada jaman Israel kuno harus mengutamakan relasi anak-anak mereka dengan Tuhan. Pengenalan akan Allah haruslah di ajarkan secara berulang-ulang saat sedang di rumah, di perjalanan, bahkan di ladang sekalipun.

Yang unik dari pola pendidikan Israel ini adalah, ibu boleh mendidik anak tetapi ayahlah yang bertanggung jawab atas pendidikan itu. Jadi ibu, tidak boleh dipersalahkan kalau anaknya tidak beres.

Tenang Tenang... Saya tahu ini tidak adil bagi para lelaki. Jangan dulu keluar ucapan, "Tuhkan lelaki selalu salah!" Jangan dulu yaaa. hehe

Mari saya tunjukkan hal-hal menarik jika lembaga-lembaga pendidikan di tengah keluarga kembali berfungsi seperti pada jaman Israel kuno.

1. Pendidikan Keluarga  Mampu Mengokohkan Iman Anak

Masa pandemik merupakan waktu yang tepat untuk kita (khususnya orangtua) mengajarkan iman kepada anak. Tidak saja mendengarkan teori, anak-anak dapat melihat secara langsung perilaku orangtuanya. Bagaimana ketekunan ayah dan ibunya menjalankan ibadah, bagaimana ayah dan ibunya mengandalkan doa dalam menghadapi masa sulit, bagaimana ayah dan ibunya menjaga intergritas hidup di tengah dunia yang semakin rumit ini, dan sebagainya.

2. Pendidikan Keluraga Mampu Membentuk Karakter Anak

Rasa tanggung jawab, peduli, memaafkan, menghormati orang lain, kerja keras, taat, dan berbagai karakter lainnya  akan lebih leluasa di ajarkan oleh orangtua pada masa-masa ini. Di sekolah anak tidak selalu mendapat perhatian khusus, karena ada banyak murid yang harus di atasi oleh sang guru. Tetapi di rumah, orangtua dapat memantau bagaimana pertumbuhan mental anak. Apakah ia malas, apakah ia kurang daya juang, apakah ia taat, dan sebagainya. Dengan pengamatan tersebut anda tahu harus mengajarkan dan memberi teladan di bagian mana.

3. Pendidikan Keluarga Mengajarkan Anak Arti Pernikahan

Ini adalah waktu yang tempat untuk mengajarkan anak anda apa arti pernikahan, tentu tidak dengan menggunakan papan tulis atau rumus-rumus tertentu. Cukup dengan menunjukkan rasa saling kasih yang tulus, saling menghormati, saling mendukung dan saling percaya. Dengan demikian anak dapat belajar bagaimana seharusnya menjadi suami, jika dia perempuan dia dapat melihat gambaran nyata bagaimana seharusnya menjadi isteri dan ibu.

4. Pendidikan Keluarga Memulihkan Kembali Peran Penting Ayah.

Nah, ini dia untuk para lelaki! Mungkin kita pernah mendengar istilah "Negeri tanpa ayah". Bagi saya ungkapan itu bermakna sangat dalam dimana para ayah tidak berfungsi dengan baik. Tidak dipungkiri hingga saat ini masih banyak ayah yang mengecewakan anaknya.

Bisa saja karena kehadirannya yang tak pernah ada atau kebiasannya yang malah menghancurkan keluarga. Entahlah. Yang jelas masih banyak ayah belum menjalankan perannya dengan maksimal.

Jika merujuk pada pola asuh bangsa Israel, seorang ayah memiliki peran penting ditengah keluarga. Bukankah memang sudah seharusnya demikian? Allah menciptakan pria sebagai kepala keluarga. Meskipun ibu berada di rumah, ayah turut bertanggung jawab atas pertumbuhan anaknya.

Jadi dimasa pandemik ini, merupakan moment yang tepat bagi seorang ayah untuk memberi hati serta waktunya mengajar anak menjadi manusia-manusia  berkualitas: Unggul pola pikirnya dan teruji integritasnya.

Bagaimana? menarik bukan?

Kalau kita bisa melihat dari sisi lain, mengajar anak dirumah seru juga rupanya. Apalagi jika kita ingat bahwa lembaga pendidikan pertama didirikan oleh Allah ialah keluarga.

Jadi.. untuk para orang tua jangan menyerah, mari berjuang bersama.

Salam hangat

Cihanjuang, 22 Juni 2020

21:44 WIB

           

           

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun