Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mbah Gugel dan Mas Yutup vs Guru Sejati

14 Oktober 2020   13:59 Diperbarui: 14 Oktober 2020   14:04 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan

Pola belajar selama pandemi ini memiliki kelemahan diantaranya:

1.  Anak menjadi kurang kreatif dalam hal tertentu. Contohnya semua pertanyaan guru serta merta diserahkan kembali kepada mbah gugel dan mas yutub untuk dijawab. tapi ini telah mengurangi esensi dari belajar dengan mencari dan menemukan, bukan sekedar copy - paste. Biar bagaimanapun kita juga masih tetap membutuhkan guru secara pribadi yang utuh dalam mendampingi anak -- anak meraih keberhasilan dalam belajar.

2. Mbah Gugel dan Mas Yutub bukanlah guru yang sesungguhnya. Mereka hanyalah layanan penyedia jasa yang akan menghantar anak -- anak kepada destinasi yang penuh persimpangan jalan. 

3. Guru di SMK juga harus melihat konsep belajar ini dari perspektif anak sebagai peserta didik. Apa masalah utamanya? Bagaimana pendekatannya?  baru ditemukan bentuk evaluasinya. 

4. Memotivasi 'kelemahan' siswa untuk menjadi sebuah peluang adalah sebuah tantangan dan juga sekaligus sebagai peluang. Tantangan dan peluang ini sebagai jembatan untuk memberi petunjuk kepada siswa yang kesulitan dalam hal teknis. Ingat bahwa Tugas guru merujuk pada pekerjaan profesional, antara lain mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, menginspirasi, dan mengevaluasi perkembangan dan kemampuan peserta didik di mana ia melakukan tugas profesinya di ruang-ruang kelas sekolah maupun di luar sekolah (Anwar, 2018)

Mari kita saling memperhatikan dan saling membangun. Sebab kalau bukan kita siapa lagi ?! 

Kalau bukan sekarang, kapan lagi!?

Pada akhirnya saya kemudian menutup percakapan dengan Galih dengan mengatakan:

Jangan biarkan keterbatasan menghambatmu untuk berlari mengejar cita -- cita. Percaya bahwa Tuhan punya cara yang sungguh tak terbayangkan untuk menolong anak -- anak yang mau belajar dan percaya kepada-Nya.

Why Not? We can do it, Right?!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun