Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mbah Gugel dan Mas Yutup vs Guru Sejati

14 Oktober 2020   13:59 Diperbarui: 14 Oktober 2020   14:04 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Tante lala jadi guru buat Anaknya (Tribunternate.com)

Sebuah Opini (ditulis oleh Jefry Daik)

Semenjak sekolah -- sekolah diliburkan dan semua kegiatan pembelajaran dipindahkan ke rumah secara daring, yang menjadi guru di rumah adalah orangtua. Namun latar belakang pendidikan orangtua serta tabiat sering tak sabaran saat mendampingi anak dalam belajar, menjadi beberapa kendala yang menyusun polemik dalam pendidikan di era Covid -- 19. Lalu siapakah guru yang sejati?

Saat saya mulai menulis ini seorang anak remaja dalam kompleks tempat kerjaku menghubungiku dan curhat. Sebut saja Galih. Galih tak merasa puas dengan system belajar saat ini. Diakuinya bahwa dia lebih cenderung action ketimbang harus mencatat dan mengerjakan tugas secara online. Jiwa eksplor yang dimilikinya seolah meronta ingin dibebaskan dari kungkungan sabotase pandemik. Lantas saya ingin berbagi pertanyaan yang diajukan anak ini dalam sejumlah pernyataannya.

Galih   :           Orang bilang kalau mau sukses itu harus banyak membaca, tapi saya semakin saya banyak membaca saya semakin sulit mengerti. Kalau begitu apa saya bisa menjadi sukses?

Saya terdiam dan merenungkan pertanyaannya. Kemudian kembali mendengarkan seri curhatnya yang selanjutnya

Galih   :           Saya ingin sukses. Tapi saya tidak bisa menemukan caranya. Membaca saja tidak cukup. Saya butuh praktek. Saya ingin dijelaskan dan dibawa ke dalam suatu suasana belajar yang ada eksperimennya. Tapi guru hanya memberikan kami tugas yang harus kami kumpulkan. Yah itu selama ini saya bisa mencari dari gugel. Tapi saya masih merasa ini bukan yang saya cari. Kata guru kita harus bereksplorasi sendiri. Wah...gimana mau berkreatifitas? Sarana alias alat -- alat yang saya butuhkan tidak ada. Saya bingung. Apakah saya berdoa, berdoa dan belajar seperti ini tanpa bekerja atau praktek saya akan menemui kunci kesuksesan?

Kemudian saya mengerti apa kesulitan mendasar yang sedang dialami Galih.

Faktanya adalah :

  • Galih tergolong anak yang kritis, dan lebih suka learning by doing

  • Galih sudah mencoba belajar dengan ritme yang sesuai dengan arahan dari guru, namun terbentur dengan media. Galih tidak ingin hanya sekedar mengerjakan tugas dari guru lalu mengirim tanpa mengerti dan memahami esensi sesungguhnya dari yang dikerjakannya

  • Galih adalah seorang anak SMK di Kota Kupang yang belum difasilitasi oleh sekolah terkait praktek multimedia yang seharusnya

  • Galih memerlukan pendampingan yang lebih karena ia ingin menjadi orang sukses

Setelah menyimpulkan hal itu sayapun berusaha hanya mengarahkan dia dengan apa yang paling dia butuhkan dan paling dia ingin ketahui. saya dapati bahwa dia ingin bekerja dibidang cinematik. 

Cinematic berarti orang yang memahami secara utuh baik gambar dan tampilan audio visual dalam videografi.

"Wah...saya tidak pakar dalam soal itu."pikir saya. 

ketika Galih menyatakan bahwa dia juga ingin belajar tentang fotografi, saya langsung connect 

Galih tertarik dengan bidang fotografi. Namun tidak memiliki kamera. Hanya berbekal satu handphone android yang dipakainya selama ini dalam belajar dan memotret kesana -- kemari. Kemudian saya teringat akan suatu kamera yang masih cukup baik yang ada pada kantor saya. Sayapun berinisiatif untuk nanti meminjam dan mengajaknya berpetualang dengan kamera tersebut. Kebetulan kamera tersebut sedikit bermasalah dengan lensa jauh -- dekatnya (auto focus) yang perlu sering diatur secara manual sehingga ini bisa menjadi pengalaman pertama anak ini dengan belajar mengatur fokus pada objek.

Itulah yang terlintas dalam benak saya.

Trik Mengalihkan pandangan

Persepsi Galih saat ini adalah Dia tidak akan sukses kalau tidak melakukan sesuatu dan tidak memiliki alat untuk bisa belajar. Itu kata Kuncinya. Hal positifnya adalah Galih sebenarnya ingin belajar dengan maksimal. kendalanya adalah :

1. Tidak melakukan sesuatu

2. Tidak memiliki alat untuk belajar

Kedua pernyataan ini membawa dia pada satu kenyataan logik yaitu tidak bisa sukses (Sekalipun sudah membaca ini dan itu)

Jadi yang saya lakukan adalah mengalihkan pandangan dari suatu masalah kepada suatu peluang.

Apa peluang yang dia miliki?

1. Dia punya Handphone

Saya mengajaknya memotret objek dengna handphonenya dan nanti bisa saya jadikan suatu latar / ilustrasi dalam karya saya di kompasiana. Ini bukan semata - mata agar saya mengambil keuntungan dari Galih. Hanya berusaha mengapresiasi usaha Galih untuk tetap produktif sekalipun minim sarana.

2. Mengkoleksi dan publikasi

Saya dan Galih punya peluang sama-sama akan belajar bagaimana bisa menampilkan gambar yang dianggap menarik kepada publik yang tentunya siapa tahu bisa menghasilkan uang. Kita bisa berselancar disana untuk mencari penyedia layanan ini. Uang itu bukanlah prioritas tapi bisa menjadi stimulus dalam berkarya, bahkan mungkin bisa menjangkau alat yang dia impikan.

3. Belajar Fotografi

Berbekal kamera dengan auto fokus manual inilah kita bisa bereksplorasi. Ini adalah saran terbaik untuk saat ini

4. Ada komputer yang bisa di kolaborasi untuk belajar ilmu yang terkait

Saat gambar diambil, Galih bisa langsung belajar bagaimana hasil gambar yang diambilnya tadi dan apa yang perlu diperbaiki dalam mengambil objek tadi. bahkan kita bisa belajar Ms Office. Walau yang dicita - citakan anak adalah aplikasi editor gambar, video dan animasi lainnya, tapi kita bisa sekalian belajar banyak hal dengan komputer ini. Ya tentu saja harus diatur dengan jadwal yang baik dan penerapan protokol kesehatan.

Jadi kita bisa bersama belajar hal lain yang bisa membantunya menguatkan materi dari sekolah atau menambah wawasan. Peluang - peluang ini baru terlihat ketika suatu kesulitan "diremisi" efeknya. 

5. Motivasi

Galih sudah memiliki motivasi yang sangat baik. Kemauan untuk belajar ini harus segera dieksekusi. namun dengan cara yang bijak dan terencana. fokus pada satu hal dulu baru pindah ke hal yang lain. saya akan menyarankan anak ini pada kesempatan lainnya mendaftar dulu segudang keinginannya untuk belajar. misalnya dia ingin belajar photoshop, atau apa. semua itu harus di lakukan pendataan sehingga ada arah untuk berkembang nantinya. Berfokus pada satu hal kecil (Step by step) akan mengurangi beban pikirannya terhadap kata SUKSES yang sedemikan besar dan rumit.

Menurut pembaca sukses itu apa sih?

Sukses adalah sebuah kata besar yang sangat general. Maknanya sangat dalam dan kompleks. Namun dimata Galih, sukses itu berarti bisa bersaing dan menghasilkan sesuatu yang berguna (bukan sekedar duit). 

Alhasil, betapa bersemangatnya Galih dan kami membuat janji temu untuk melakukan praktek (mudah - mudahan bisa maksimal). Saya percaya Galih sekarang punya arah dalam melangkah yang lebih baik dari sebelumnya. Membayangkan senyumannya saja membuat saya bahagia. 

Hikmah

Dari cerita ini saya mengambil hikmah bahwa saya tidak bisa menjawab semua pergumulan dan pertanyaannya dengan pasti. Tapi yang dapat saya buat untuknya adalah berusaha membawa dia kepada pemikiran untuk tidak putus asa karena selalu ada jalan keluar bagi yang mau berusaha. Itulah trik utama. Selain mengalihkan pandangan, kita juga harus sedia dalam memberi satu petunjuk praktis yang saat ini bisa kita lakukan. Seperti saya dengan menyediakan waktu dan kamera pinjaman atau komputer kantor yang nganggur (mohon doanya supaya lancar).

Pasti ada resiko dan kendala, namun selama kita bisa memandang dari perspektif yang benar, itu semua tidak menjadi soal yang rumit. Asal Komunikasi tetap kita bangun dengan saling keterbukaan. 

Keterbukaan Kunci membuka pintu berkat

Seandainya tadi Galih tidak datang, dan tidak mau terbuka dan berbagi dengan saya, sayapun tidak tahu apa permasalahan yang sedang dihadapinya.

Keterbukaan dan trust yang dia berikan kepada saya adalah sesuatu yang langka dan tidak setiap hari saya dapatkan. Saya sangat yakin ini adalah jalan Tuhan atas doa -- doa dan pergumulan anak ini. Kali ini Tuhan memakai saya namun saya juga tahu batas kemampuan saya sehingga pastinya saya membutuhkan Jalan-Nya untuk membantu kami lewat teman, sahabat, atau pakar yang lain disekeliling kami saat kami mencari dan berjejaring. Hanya masalah waktu kita bisa mencapai sebuah titik maksimal. Positive thinking dong! 

Tujuan utama

Jadi sebenarnya tujuan saya berbagi lewat tulisan ini adalah permasalahan anak yang belajar dirumah adalah sesuatu yang sangat kompleks dan menimbulkan masalah -- masalah baru. Tapi bagaimana kita sebagai orang dewasa atau sahabat anak harus yakin diberi kemampuan oleh Tuhan melalui pengalaman, melalui berbagai hal baik yang bisa kita salurkan kembali untuk anak - anak kita. Dengan menjalin komunikasi yang baik seyogyanya kita dapat menggali kebutuhan anak. 

Harus kita pahami bahwa dalam belajar online kebutuhan anak tidak sekedar hanya handphone android atau pulsa data. Peran Mbah Gugel dan Mas Yutub juga bukan sesuatu yang mutlak. karena ketersediaan informasi yang cepat dan terbuka di dalam aplikasi - aplikasi ini, kreatifitas anak untuk mengolah nalar lewat membaca buku (benar-benar buku) dan meramu informasi lewat sumber yang valid saya rasa sudah mulai terdegradasi. Apalagi sekarang guru terlibat dengan sangat minim. Entah sebagai fasilitator atau sekarang perannya hanya sebagai evaluator. 

Fenomena - fenomena ini menambah kegalauan bagi anak dan seharusnya juga bagi para orangtua. selain mendampingi belajar, orangtua juga harus pusing kepala mengontrol keperluan apa lagi yang menjadi kebutuhan anak. Mbah Gugel dan Mas Yutub 'kan bukan guru sejati yang bisa menjelaskan kesulitan anak ini kepada orangtua. Hemat saya, seharusnya orangtua adalah pihak pertama yang menemukan masalah anak dalam belajar, karena anak sementara study at home. Ketika masalah ini didapatkan pada saat membimbing anak dalam belajar, maka sudah kewajiban orangtua untuk mencoba mencari jalan keluar terlebih dulu. Komunikasi (sekali lagi komunikasi) yang baik dapat menemukan banyak hal yang bisa kita selesaikan atau kita syukuri bersama.

Ini bukan berarti saya telah berhasil untuk menjalin komunikasi yang baik dengan Galih jadi saya menyombongkan diri. Tidak! Saya tidak memiliki pikiran seperti itu. Saya hanya merasa tersanjung bahwa ada yang mempercayai saya dalam berbagi keluh kesahnya. Nilai Trust itu sangatlah mahal. Saya yakin kita sama - sama sepakat dengan ini. Kita harus percaya bahwa ada kalanya persoalan yang rumit di mata anak - anak ternayata tidak serumit itu ditangan orang dewasa. Begitupun sebaliknya. karena itu kita perlu saling mengisi agar benar - benar memaknai tujuan kita hidup di dunia ini. 

Masing -- masing orang memiliki jalannya yang ditetapkan Tuhan untuk dapat dipakai menjadi alat-Nya. Tujuannya agar seseorang yang sedang galau atau putus harapan, melihat kembali cahaya keberhasilan yang bisa diraih.

Kesimpulan

Pola belajar selama pandemi ini memiliki kelemahan diantaranya:

1.  Anak menjadi kurang kreatif dalam hal tertentu. Contohnya semua pertanyaan guru serta merta diserahkan kembali kepada mbah gugel dan mas yutub untuk dijawab. tapi ini telah mengurangi esensi dari belajar dengan mencari dan menemukan, bukan sekedar copy - paste. Biar bagaimanapun kita juga masih tetap membutuhkan guru secara pribadi yang utuh dalam mendampingi anak -- anak meraih keberhasilan dalam belajar.

2. Mbah Gugel dan Mas Yutub bukanlah guru yang sesungguhnya. Mereka hanyalah layanan penyedia jasa yang akan menghantar anak -- anak kepada destinasi yang penuh persimpangan jalan. 

3. Guru di SMK juga harus melihat konsep belajar ini dari perspektif anak sebagai peserta didik. Apa masalah utamanya? Bagaimana pendekatannya?  baru ditemukan bentuk evaluasinya. 

4. Memotivasi 'kelemahan' siswa untuk menjadi sebuah peluang adalah sebuah tantangan dan juga sekaligus sebagai peluang. Tantangan dan peluang ini sebagai jembatan untuk memberi petunjuk kepada siswa yang kesulitan dalam hal teknis. Ingat bahwa Tugas guru merujuk pada pekerjaan profesional, antara lain mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, menginspirasi, dan mengevaluasi perkembangan dan kemampuan peserta didik di mana ia melakukan tugas profesinya di ruang-ruang kelas sekolah maupun di luar sekolah (Anwar, 2018)

Mari kita saling memperhatikan dan saling membangun. Sebab kalau bukan kita siapa lagi ?! 

Kalau bukan sekarang, kapan lagi!?

Pada akhirnya saya kemudian menutup percakapan dengan Galih dengan mengatakan:

Jangan biarkan keterbatasan menghambatmu untuk berlari mengejar cita -- cita. Percaya bahwa Tuhan punya cara yang sungguh tak terbayangkan untuk menolong anak -- anak yang mau belajar dan percaya kepada-Nya.

Why Not? We can do it, Right?!

***

Pustaka : Anwar, Muhammad. 2018.Menjadi Guru Profesional. Prenamedia Grup : Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun