Rumit, kasih!
Arah mengacu ibarat segenggam harapan palsuÂ
inginnya hanya membisu, tapi... jiwa terbawa masih
mata dan hati beradu, namun... masih pula tak sanggup melaju
banyak ulir disana...banyak pola yang sama, tapi masih kucoba menelaah
aku tersesat. Seperti inikah liar dalam lebat tatapanmu?Â
kelihatan jalannya memberikan peluang, tapi ujungnya buntu
tak bisa pulang, seperti terpesona dalam bayang caramu
tersisa wajah menengadah ke atas
apakah Tuhan sedang bercanda?
menaruh aku dalam labirin hatimu.
menyesatkan aku menyesakkan daku
mengikat dan merantai benakku
cinta?atau ego?
hasrat kah? ataukah ambisi?
sesumbar demi selembar seolah tersisir rapih
namun matamu membuatku lupa
akan keras batin menolakÂ
dari cumbu bibir memikat
setan! playboy! tapi rantai tak terlepas.
harusnya...kututup cerita ini dengan tak pernah memberi secarik kertas
bertuliskan nomorku
ah...sial! semakin larut, semakin nikmat kau bawa daku
tanpa tahu arah pulangÂ
mengambang...hanyut..dalam perahu tanpa angin berhembus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H