Sebetulnya tragedi kemanusiaan atau sosial tak hanya Kanjuruhan, namun dapat kita temukan dengan mudah dari gaya hidup anak muda sekarang, yang sudah tak bisa dibedakan lagi muslim atau bukan, dengan kasus narkoba,seks bebas, aborsi, pembunuhan dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan betapa daruratnya keadaan negeri ini, bukan cemburu jika kemudian kitapun menginginkan pemerintah ada untuk rakyatnya.
 Keprihatinan ke dua adalah adanya pembiaran perayaan serupa di Indonesia, padahal perayaan tersebut adalah budaya asing, yang  tidak sesuai dengan budaya Indonesia, bahkan bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan.
 Hal ini menunjukkan potret penguasa yang abai akan proses pembinaan karakter pemuda yang akan membangun peradaban bangsa pada masa yang akan datang.Â
Padahal jelas sekali peringatan Rasulullah Saw tentang larangan sikap tasyabuh atau menyerupai kaum lain, Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,"Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-, "Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?" Beliau menjawab, "Selain mereka, lantas siapa lagi?" (HR. Bukhari no. 7319).
Dalam Islam , penguasa juga bertanggung jawab atas pembentukan kepribadian  generasi melalui berbagai mekanisme, baik dalam dunia pendidikan  maupun luar pendidikan. Dan wajib melarang setiap individu mengikuti perayaan agama lain, yang memang menjadi syiar agama tersebut. Tak boleh ada kompromi semisal atas nama toleransi dan lain sebagainya.
 Sebab jika ada larangan, artinya secara akidah membahayakan. Secara alami juga jika kegiatan meniru tanpa dalil jelas ini dibiarkan akan menimbulkan kesan bahwa ini dibolehkan. Rusaklah akidah karenanya, jika sudah rusak maka tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Bagaimana mungkin akan berdiri tegak peradaban mulia jika disokong oleh sosok pemuda yang akidahnya sudah rusak? Bahkan orientasi perjuangannya bukan untuk Islam.
 Hari ini, Islam sudah banyak ternodai oleh pemahaman yang bertentangan dengan Islam itu sendiri, seperti misalnya Islam Nusantara, Moderasi Islam dan lain sebagainya, sehingga makin mengacaukan pemahaman kaum muslim sendiri yang sudah lama berada dalam keadaan lemah dalam berpikir benar. Islam yang seharusnya menjadi standar berpikir, menentukan baik dan buruk tak ada lagi dalam benak kaum Muslim.
 Islam datang dari Allah SWT dan dibawa oleh utusan Allah SWT yaitu Rasulullah Saw, ini yang seharusnya menjadi pegangan. Sistem pendidikan dalam Islam sangatlah memegang peranan penting, dengan kurikulum yang berdasarkan akidah bertujuan mencetak generasi yang berkepribadian Islam.Â
Negara menjamin terselenggaranya pendidikan secara gratis bagi seluruh rakyat. Negara pun melarang situs-situs terlarang, dan mengadakan pengawasan terhadap serangan pemikiran melalui media sosial. Rasulullah Saw bersabda,"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari). Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H