Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Lupakan Siapa yang Memerintahkan

13 Maret 2022   23:49 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:49 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap Muslimah pasti sudah sangat hafal dengan salah satu surat di Alquran yang membahas mengenai kewajiban menutup aurat,  yaitu QS An-Nur:31," Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat."

Namun mempraktikkannya tak semudah membaca terjemahannya. Perlu upaya yang keras, berikut keimanan yang kuat. Hati dan pikiran mesti sadar, " Jangan Lupakan Siapa yang Memerintahkan" Allah SWT. 

Ada saja alasan kaum wanita guna menghindari menutup aurat dengan sempurna. Belum dapat hidayah, masih sibuk dengan pekerjaan, tuntutan pekerjaan, ribet, suami gak suka, nanti kalau sudah dewasa akan paham sendiri, yang penting hatinya, percuma rambut ditutup tapi mulut hoax bak comberan dan lain sebagainya. 

Ada yang tidak menutup aurat ketika keluar rumah, dengan alasan dekat dan tidak ada yang melihat. Apakah dia lupa siapa yang memerintahkan menutup aurat? Allah SWT. Ada yang merasa memaksa anak, dan menerima penawaran anak, nanti kalau sudah dewasa. Sungguh perkataan yang menunjukkan kedangkalan berpikir sekaligus sombong. Siapa yang bisa menjamin ia akan berumur panjang?

Dari semua alasan di atas, sebetulnya hanya berasal dari satu tempat, yaitu hati yang belum sadar. Terlalu banyak ayat-ayat Allah yang menggambarkan siksaan bagi wanita yang menampakkan aurat di hadapan pria asing. Namun sedikit yang memikirkannya. Akalnya terlalu pendek untuk menterjemahkan bahwa di dunia tak akan abadi. 

Dan mereka lupa, dari kelemahan kesadaran yang terus mereka pelihara ada pihak-pihak yang kelak bakal tersakiti sekalipun pahala kebaikannya sebesar gunung Uhud. Yaitu ayah dan suami atau orang yang berhak menjadi walinya. Bisa kakek atau pamannya dan seterusnya, dengan nasab ke atas dan ke bawah. 

Jika seorang wanita kehilangan ayah, suami atau kerabat yang bisa menjadi walinya tentu akan sedih, namun mereka berpanjang angan, dengan mengatakan waktu masih panjang. Bukti cinta yang sejati, sesungguhnya adalah ketaatannya kepada para walinya. 

Tunduk dan patuh kepada suami atau ayah, bukan berarti merendahkan diri sebagaimana yang sering dijargonkan para pengusung ide gender atau feminisme. Mereka beranggapan seluruh aturan ( baca: syariat) yang dibebankan kepada wanita adalah untuk mengungkung dan membatasi kegiatan bahkan hak-haknya sebagai manusia. 

Jika memang bebas tanpa batas, kemudian di dorong semua perempuan untuk berdaya secara ekonomi bisa mengangkat derajat dan kemuliaan perempuan, mengapa di dunia barat, angka perceraian tinggi, zina marak apalagi aborsi. Bahkan angka bunuh diri akibat depresi juga tak segan mengakhiri hidupnya. Mereka lupa, di akhirat pun ada pengadilan?

Bukankah jika memang ide feminisme dan kesetaraan gender mampu membawa perempuan sejahtera, mengapa malah banyak perempuan yang di anggap " konco wingking" teman belakang layar ( arti bahasa jawanya ) dan malah terpuruk. Padahal Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensi yang mampu digunakan bertahan hidup di dunia. 

Ajakan kaum Feminisme hanyalah menambah kedukaan kaum perempuan, ternyata ide ini hanyalah racun berbalut madu. Wanita dihargai hanya dari chasing atau penampilan mereka. Bukan kepandaian dan ketaatannya kepada Sang Pemilik alam semesta. Lantas mengapa masih banyak perempuan teperdaya?

Pertama karena gambaran Islam Kaffah memudar, negara pun kini sekuler, menerapkan hukum buatan manusia makin membuat Islam tampak asing. Kedua karena budaya amar makruf nahi mungkar melemah, gaya hidup individualis mendominasi, siapa kuat dia menang. Ketiga karena mereka termakan racun barat bahwa mengkaji Islam bagian dari terorisme. Itulah mengapa ada kewajiban ustaz dan dai penceramah memiliki sertifikat. Yang juga artinya hanya boleh menyampaikan Islam dengan standar BNPT, pihak yang mengeluarkan sertifikat tersebut. 

Ketiga, kewajiban negara tidak menjadi penerap syariat, sehingga rakyat makin terpuruk. Setiap kebijakannya tidak berpihak kepada rakyat. Menutup aurat dijadikan pilihan, sedang yang tidak menutup aurat tidak dilarang dan tidak diberi sanksi. Jika sebuah kewajiban menjadi opsional, maka tunggulah kehancurannya. 

Maka, janganlah dianggap remeh perintah menutup aurat. Menutup aurat menjadi batas taat atau kufur. Muslim atau non muslim. Menutup aurat juga mampu menurunkan angka kriminal, sebab tak selalu menunjukkan aurat di ruang umum sehingga syahwat tidak harus selalu di stimulasi. Selalu ingat siapa yang memerintahkan, bukan manusia namun Allah SWT. 

Menutup aurat juga membantu para pria menundukkan pandangan. Semua ini demi kemuliaan wanita itu sendiri. Dalam Islam karena wanita berharga, maka syariat telah menetapkan beberapa batasan dan aturan bagi wanita yang dibebankan kepada walinya, seperti tidak wajib mencari nafkah, hak warisnya setengah dari saudara lelakinya, boleh tidak shalat dan puasa. Bahkan jika walinya lemah, negara yang akan mengambil alih. 

Jadi taatlah karena Allah, jadilah Muslimah yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Wallahu a'lam bish showab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun