Ajakan kaum Feminisme hanyalah menambah kedukaan kaum perempuan, ternyata ide ini hanyalah racun berbalut madu. Wanita dihargai hanya dari chasing atau penampilan mereka. Bukan kepandaian dan ketaatannya kepada Sang Pemilik alam semesta. Lantas mengapa masih banyak perempuan teperdaya?
Pertama karena gambaran Islam Kaffah memudar, negara pun kini sekuler, menerapkan hukum buatan manusia makin membuat Islam tampak asing. Kedua karena budaya amar makruf nahi mungkar melemah, gaya hidup individualis mendominasi, siapa kuat dia menang. Ketiga karena mereka termakan racun barat bahwa mengkaji Islam bagian dari terorisme. Itulah mengapa ada kewajiban ustaz dan dai penceramah memiliki sertifikat. Yang juga artinya hanya boleh menyampaikan Islam dengan standar BNPT, pihak yang mengeluarkan sertifikat tersebut.Â
Ketiga, kewajiban negara tidak menjadi penerap syariat, sehingga rakyat makin terpuruk. Setiap kebijakannya tidak berpihak kepada rakyat. Menutup aurat dijadikan pilihan, sedang yang tidak menutup aurat tidak dilarang dan tidak diberi sanksi. Jika sebuah kewajiban menjadi opsional, maka tunggulah kehancurannya.Â
Maka, janganlah dianggap remeh perintah menutup aurat. Menutup aurat menjadi batas taat atau kufur. Muslim atau non muslim. Menutup aurat juga mampu menurunkan angka kriminal, sebab tak selalu menunjukkan aurat di ruang umum sehingga syahwat tidak harus selalu di stimulasi. Selalu ingat siapa yang memerintahkan, bukan manusia namun Allah SWT.Â
Menutup aurat juga membantu para pria menundukkan pandangan. Semua ini demi kemuliaan wanita itu sendiri. Dalam Islam karena wanita berharga, maka syariat telah menetapkan beberapa batasan dan aturan bagi wanita yang dibebankan kepada walinya, seperti tidak wajib mencari nafkah, hak warisnya setengah dari saudara lelakinya, boleh tidak shalat dan puasa. Bahkan jika walinya lemah, negara yang akan mengambil alih.Â
Jadi taatlah karena Allah, jadilah Muslimah yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Wallahu a'lam bish showab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H