Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sampah, Simbol Peradaban Sebuah Negara

28 Desember 2024   23:04 Diperbarui: 28 Desember 2024   23:04 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: sampah, sumber: pngtree

Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan timbulan sampah selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025 diperkirakan mencapai 55 ribu ton. Hanif menjelaskan berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, diperkirakan akan ada pergerakan hampir 110 juta jiwa di seluruh Indonesia selama Nataru. Setiap individu diperkirakan akan menghasilkan sampah antara 0,05 hingga 0,1 kilogram (republika.co.id, 28-12-2024). 

Salah satu sampah yang paling banyak adalah dari penggunaan kemasan sekali pakai yang praktis. Untuk itu Hanif mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Kebersihan lingkungan mencerminkan peradaban suatu negara, dan Indonesia harus berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan hal ini. Negara-negara maju umumnya memiliki lingkungan yang bersih, sementara negara-negara yang kurang maju seringkali menghadapi masalah sampah yang serius.

Kapitalisme, Ciptakan Sampah Akidah

Persoalan sampah memang masih jadi salah satu problem di negeri ini. Tak sekadar dampak dari tingkat konsumerisme yang tinggi, tapi juga tingkat literasi dan edukasi yang rendah. Sampah di negeri ini menghadapi kurangnya teknologi terkini dalam hal pengolahan dan pemanfaatan, juga mahal sebab tidak ditangani sendiri oleh negara. Lebih tepatnya, negara abai dalam mengurusnya, bahkan di daerah diberikan kewenangan mengelola sendiri tanpa support negara. 

Akibatnya swastanisasi mengambil lahan basah ini, padahal sampah rumah tangga saja sudah memusingkan apalagi jika ada even atau hari besar. Lebih memprihatinkan lagi, sampah akidah yang menjadi sumber petaka dalam kehidupan manusia.  

Setiap Natal dan Tahun Baru, seolah menjadi tradisi bagi negeri dengan jumlah muslim terbanyak di dunia ini, Indonesia, untuk merayakannya. Di mulai kepala negara, kepala daerah hingga deretan pejabat negaranya, para pengusaha yang memaksakan pegawainya mengenakan pernak-pernik Natal hingga ikut merayakan tahun baru, minimal mengucapkan selamat dan maksimalnya merayakan bersama. Dan kini semakin banyak yang merayakan Natal bersama di gereja, ataupun masjid. Naudzubillah.

Alasan terkuat karena ini negara majemuk, wajib menjaga kerukunan beragama, mengedepankan toleransi, tidak boleh menganggap benar hanya pada satu agama saja. Sebab jika tidak demikian maka akan disebut tidak menjunjung tinggi kebhinekaan, anti Pancasila bahkan hingga pemecah persatuan bangsa dan negara. 

Sepertinya memang ada yang salah terkait makna toleransi. Bukankah sudah jelas Rasulullah Saw. bersabda, "Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, dia termasuk golongan mereka" (HR Ahmad).

MUI pun , sudah cukup jelas mengeluarkan fatwa yang pada 7 Maret 1981, yang menyatakan keharaman Muslim merayakan Natal bersama. Pada tahun-tahun selanjutnya MUI juga menghimbau pada pengusaha yang beragama Kristen agar tidak mendorong atau mewajibkan pegawainya yang muslim untuk terlibat dan memakai asesoris Natal.

Semua tak dihiraukan, inilah fakta ketika negara menerapkan sistem Kapitalisme yang asasnya sekuler, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Akidah amat sangat terguncang, ketika negara justru memberi contoh yang pertama mengucapkan Natal hingga merayakan tahun baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun