Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Putri Impian Pengemban Karakter Bangsa, Serius?

13 Maret 2024   22:45 Diperbarui: 13 Maret 2024   22:48 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puteri Indonesia (desain pribadi)

Bertepatan dengan peringatan hari perempuan sedunia, 8  Maret 2024, Yayasan Putri Indonesia menyelenggarakan   grand final Pemilihan Puteri Indonesia 2024. Acara berlangsung di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (republika.co.id, 8/3/2024).

Momen hari perempuan sedunia, menurut Dewan Penasehat Yayasan Puteri Indonesia Putri Kus Wisnu Wardani bisa menjadi pengingat bagi para finalis Puteri Indonesia, bahwa perempuan Indonesia harus bisa menjadi mitra kerja yang seimbang bagi kaum pria. Asal ada kemauan perempuan Indonesia pasti bisa meraih apa yang dicita-citakan, tambah Putri.

Untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan Indonesia emas 2045, tentunya tidak bisa dilakukan lelaki saja. Seluruh perempuan Indonesia pun berperan penting untuk itu. Begitu juga para finalis Puteri Indonesia 2024. Putri meyakini dengan mengambil tema, "Mewujudkan Generasi Berkarakter Menuju Indonesia Maju Berkelanjutan", perempuan Indonesia memiliki peran besar dalam membangun generasi yang berkarakter kuat.

Salah satu kesempatan yang bisa diambil sebagai peluang sukses bagi perempuan Indonesia adalah ajang pemilihan putri Indonesia. Sebagai ajang kecantikan tertua dan terbesar yang mulai sejak 1992, selama 30 tahun lebih, Yayasan Putri Indonesia telah  mendedikasikan diri  untuk membentuk perempuan muda Indonesia menjadi sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.

Dalam menjalankan misi itu, Yayasan Puteri Indonesia berpegang teguh pada nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendiri bangsa. Dengan semangat kebersamaan, keadilan, dan kesetaraan, Yayasan Puteri Indonesia bertekad untuk menjadi bagian dari perubahan positif yang membawa Indonesia menuju masa depan gemilang.

Karakter Bangsa : Kompetisi Kemolekan Fisik?

Siapapun ingin menjadi wanita cantik, mandiri, sukses, bahagia dan lainnya. Putri Indonesia adalah putri impian. Dunia fashion, kosmetik dan segala sesuatu yang berhubungan dengan " wanita cantik berkualitas" berebut tempat untuk menjajakan produknya dan berharap menjadi favorit para wanita muda yang menginginkan impian mereka terwujud.

Apalagi jika menang, maka sederet agenda duta-dutaan dan kegiatan sosial sudah menanti. Tentu keuntungan materi juga mengikuti, seketika menjadi publik figur penghias media sosial dan perbincangan di berbagai tagline berita dan media. Cantik, masyhur , kaya, apalagi yang dicari jika itu adalah standar kebahagiaan dunia?

Namun, ada sesuatu yang salah disini, dengan tema " Mewujudkan Generasi Berkarakter Menuju Indonesia Maju Berkelanjutan" seolah mengatakan bahwa pemilihan putri Indonesia itu adalah ajang sebenarnya mewujudkan generasi berkarakter yang kemudian bisa membawa Indonesia maju secara berkelanjutan.

Padahal kita semua tahu, ajang pemilihan putri ini tidak mungkin menerima perempuan buruk rupa apalagi buruk fisik. Mereka mematok syarat-syarat tertentu yang hanya bisa diikuti oleh sebagainya kecil perempuan saja. Meskipun kemampuan akademik dan luasnya wawasan menjadi salah satu pertimbangan, sehingga ada kriteria putri lingkungan, persahabatan dan lainnya, namun tetap jika tinggi badan tidak proporsional, wajah tidak fotogenik, ukuran dada tidak sesuai standar internasional  dan lainnya menjadi syarat utamanya.

Belum lagi sesi penilaian memasukkan sesi pakaian renang, pakaian gala dinner dan Nusantara yang tentu tidak akan menerima perempuan dengan penutup aurat sempurna. Cara berjalan, makan bahkan berbicara diatur juga sesuai standar internasional. Lantas, benarkah ini semua adalah karakter bangsa Indonesia?

Meski sudah sekuler, dimana agama hanya mengatur ibadah ritual individu saja, namun budaya dan norma bangsa timur masih ada, dimana perempuan yang tak santun ( berpakaian terbuka dan make up menor) masih dianggap asing di tengah masyarakat. Meski pula sudah banyak yang menganggap ini bagian dari perubahan zaman, namun masih banyak juga yang merasa perempuan sebaiknya masih memiliki malu.

Ajang Pemilihan Putri-putrian Kampanye Liberalisme

Semestinya kita waspada, bahwa kontes kecantikan dan sejenisnya ini tidak memiliki akar dalam budaya asli Indonesia, bahkan sejarah menunjukkan sebelum Penjajah asing menguasai Indonesia, Islam telah menguasai lebih dahulu dan mengatur setiap sendi kehidupan masyarakatnya dengan syariat. Sejarah panjang ketundukan Jawa kepada kekuasaan kekhilafahan Ustmani bahkan sebelumnya bisa dilihat di Keraton Yogyakarta.

Ini adalah kampanye barat yang liberal dan ingin menghancurkan Islam melalui perempuan muslim.  Banyak peserta muslimah yang begitu tergiur dengan ajang kontes kecantikan ini, dengan mengadakan acara tandingan sepetri putri hijab dan lain sebagainya, seolah Islam dan liberalisme bisa disatukan.

Yang nampak di mata kaum muslimah hari ini hanyalah glamour materi dan sanjungan yang di dapat ketika mereka memenangkan ajang kontes kecantikan itu. Mereka lupa, bahwa saat itu juga mereka telah terjerembab ke dalam dosa yang menjijikkan. Bagaimana mungkin Allah swt. yang menciptakan sempurna semua ciptaannya kemudian manusia memiliki kriteria yang lain. Allah swt. berfirman yang artinya "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".(TQS At-Tin :4).

Kaum perempuan sukses dieksploitasi atas nama kemajuan berkelanjutan, agen perubahan, generasi berkarakter bahkan hingga berkualitas.  Yang kemudian secara gegabah kapitalis atau mereka yang memiliki modal menjadikannya sebagai ajang bisnis tak berkesudahan agar perempuan terus terlihat cantik namun lalai dengan ketentuan syariat.

Islam Mewujudkan Individu Berkarakter Mulia Dunia Akhirat

Baik pria maupun perempuan wajib untuk bertakwa, ini adalah perintah Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya,"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (TQS Al-Ahzab:35).

Maka, tidak ada yang menyebabkan perempuan lebih tinggi dari pria atau sebaliknya sehingga harus ngotot mengupayakan kesetaraan gender. Dunia Barat telah sukses memengaruhi perempuan muslimah untuk bergeser dari apa yang seharusnya dia yakini, yaitu Allah tidak akan menyulitkan perempuan dengan menurunkan sederet syariat kepadanya. Melainkan ingin memudahkan meraih apapun yang ia rencanakan.

Masalahnya sistem kapitalisme mereduksi potensi perempuan sehingga hanya tertinggal mindset jika tak memiliki keunggulan fisik maka tak bermanfaat. Sungguh sangat naif. Islam membolehkan perempuan berpendidikan tinggi, berkarya mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat, dan lain sebagainya, dengan tetap terikat dengan hukum syara baginya.

Identitasnya sebagai muslimah, yang bertakwa menjadikan karakternya khas, tanpa harus mengeksploitasi fisik. Bahkan perempuan dalam Islam tidak diwajibkan mencari nafkah, ia saat gadis menjadi tanggungan wali, saat menikah menjadi tanggungan suami dan jika tak ada keduanya maka menjadi tanggungan negara.

Negara akan mengelola SDA yang menjadi kepemilikan umum, untuk dikembalikan kepada umat dalam bentuk pelayanan umum. Demikian pula dengan kepemilikan negara, semisal terkait penyitaan tanah yang ditelantarkan selama tiga tahun berturut-turut menjadi milik negara dan kemudian akan dibagikan kepada mereka yang mampu mengelola tanah sehingga seorang kepala keluarga tak perlu kesulitan menafkahi keluarganya.

Dari sisi pendidikan, syariat menetapkan kewajiban untuk menuntut ilmu sama bagi pria dan wanita. Dalam rangka mewujudkan generasi berkepribadian Islam,artinya tidak mudah terprovokasi ide kafir yang batil sebagai cara pandangnya terhadap kehidupan, sehingga mampu melihat secara jernih apa yang harus dijadikan target, visi misi yang lebih jauh ke akhirat. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun