Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

APE, Pemberdayaan Perempuan atau Memperdaya Perempuan?

19 November 2023   22:54 Diperbarui: 19 November 2023   22:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain pribadi/ pixellab

Jaminan Negara Seharusnya Ada Untuk Perempuan

Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya sejatinya adalah bentuk pengabaian pemerintah akan kesejahteraan perempuan. Nasib perempuan justru dijadikan ajang kompetisi antar daerah, dengan maksud menjadikan kota atau wilayahnya mendapatkan nama dan ketenaran, sementara rakyatnya, dalam hal ini perempuan menjadi tumbalnya. Isu gender yang menganggap perempuan tak mendapatkan keadilan sejatinya adalah pemikiran Barat. Ia sejalan dengan ide feminisme, dimana awalnya para perempuan Eropa menolak ketertindasan mereka dari kaum pria. Pada masa Eropa dalam kegelapan, perempuan tak ubahnya sebagai benda yang bebas dikuasai atau dipertukarkan ketika pri tak butuh atau bosan. Perempuan dianggap tak memiliki keinginan atau pikiran.

 Dimana semua itu tak pernah ada dalam Islam. Berbagai generasi, sejak Rasulullah memimpin negara di Madinah hingga berakhirnya kekhilafahan Turki Utsmani, tak pernah ada persoalan terkait perempuan. Tak ada dalam sejarah perempuan berontak meminta haknya, justru banyak perempuan yang bebas mengekspresikan potensi yang ada dalam dirinya hingga muncul tokoh Mariam Al Astrulabi, Astronom Muslim Wanita Penemu Astrolab. Astrolab pada dasarnya adalah model astronomi alam semesta kuno seukuran tangan. Atau Fatima Al-Fihri pendiri universitas pertama di dunia. Dan masih banyak lainnya.

 Negara tak pernah mengadakan kompetesi bagi setiap wilayah yang berada dibawah pemerintahannya, sebab menarik perempuan berdaya di luar untuk sekadar  dapat keluar dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka, serta berujung pada peningkatan perekonomian sebuah negara hanya ada dalam sistem kapitalis sekuler. Sedangkan dalam Islam, perkara peningkatan perekonomian berikut terwujudnya kesejahteraan adalah jaminan negara.

 Fungsi negara sebagaimana sabda Rasulullah saw.,"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari). Jelas bukan di pundak perempuan. Pada pria pun perintah syariat sebatas memberikan nafkah yang makruf kepada keluarga, bukan kesejahteraan rakyat atau bahkan negara.

 Maka sungguh sayang disayang jika program APE ini dianggap solusi paling jitu mengangkat harkat dan martabat perempuan sehingga terus menerus diadakan oleh negara. Sebab ini hanya solusi abal-abal yang tak akan menghasilkan apapun untuk perempuan, bukan pemberdayaan tapi terpedaya. Hanya Islam dengan sistem ekonominya mampu mensejahterakan perempuan hingga level tak terbatas. Sebab, perempuan dalam Islam tak ada kewajiban bekerja, ia bebas menentukan bekerja atau tidak, asal tidak melanggar hukum syara. Kewajiban utamanya adalah pencetak dan pendidik generasi cemerlang.

 Sistem ekonomi Islam, bukan yang sekadar berembel-embel syariat sebagaimana hari ini akan mendudukan segala sesuatu secara adil. Sebab, setiap kekuasaan akan dimintai pertanggung jawaban. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun