Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buang Makanan, Kualat!

17 Januari 2022   21:22 Diperbarui: 17 Januari 2022   21:40 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang sudah jarang ada orangtua mengancam anaknya yang mbalelo dengan kata " kualat". Mungkin orangtuanya sudah uzur banget usianya, bahkan mungkin sudah meninggal dunia, sedang anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan melahirkan generasi X, Y dan Z. Dimana teknologi kian canggih, apa yang dulu khayali sekarang viral sekali. 

Atau orangtua yang melarang anak gadisnya duduk-duduk di depan pintu, nanti jauh jodoh. Kalau nyapu gak bersih, jodohnya berewokan, makan sambil tidur jadi ular, hingga kalau makan tak habis ayamnya bakal mati. Karena tak bisa searching gogle maka anak-anak zaman dulu nurut. Namun sekarang, pasti akan dijawab, " Ibu halu!". 

Beberapa waktu lalu viral sebuah Foto yang diunggah sejumlah akun Instagram, salah satunya @statusfakta. Foto itu pertama kali diunggah akun Twitter @UrefutureDaddy. Dalam foto itu memperlihatkan seorang karyawati terlihat sedang duduk di salah satu sudut toilet. Dia terpergok sedang makan roti sisa.

Roti itu merupakan produk toko roti di mall yang sama dengan bioskop tempat karyawati itu bekerja. Umumnya, roti yang tidak laku akan dihancurkan dan tidak boleh dibawa pulang. Saat itu, pemilik akun baru selesai menyaksikan film di bioskop dan bertemu dengan karyawati itu, kemudian bertanya mengapa karyawati tersebut makan roti sisa, yang seharusnya sesuai aturan tak boleh. 

Jawab karyawati itu," Sayang pak kalo di buang, masih bisa di makan. Biar ga beli makan lagi nanti',". Jawaban yang begitu menohok, di era kapitalisme hari ini dimana semuanya dinilai manfaat materi saja. Berapa banyak orang yang makan hanya mengikuti tren? Tak lagi peduli gizi dan manfaatnya untuk tubuh. Pokok disiarkan di media sosial, antrian mengular seolah takut ketinggalan. 

Ditambah dengan profesi food blogger yang kerap mempertontonkan mukbang, destinasi kuliner, dan lain sebagainya yang makin membuat orang penasaran. Apalah artinya lebih mahal dari harga makanan serupa tapi tidak dipromosikan kalau yang viral ini bisa di dapat. Pasti orang akan menganggapnya beruntung, bisa mendapatkan yang limited edition atau sedang viral. 

Publik figur turut mendongkrak nama makanan yang viral tersebut dengan tambahan caption si " A" sudah kamu kapan? Perusahaan periklanan ikut nimbrung, tak tanggung-tanggung ajak artis terkenal, entah k-pop entah dalam negeri, dengan teknik dokumentasi dan presentasi yang canggih teknologi tampillah makanan kian menggugah, plus tanda mata dari sang artis. 

Dikutip dari Foodsustainablity.eiu.com, setiap orang Indonesia berkontribusi menciptakan sampah makanan hingga 300kg per tahun. Sungguh ironis mengingat tak sedikit juga masyarakat Indonesia yang sulit mendapatkan makanan yang bernutrisi. Masih mengutip dari Foodsustainability.eiu.com, Indonesia menduduki posisi nomor dua dalam menghasilkan sampah makanan terbanyak di dunia setelah Saudi Arabia. Hal ini terjadi akibat pola konsumsi masyarakat yang buruk sehingga setiap tahun, sampah makanan semakin meningkat.

Islam menjelaskan banyak hal tentang makan, adabnya, caranya dan bagaimana kita memperlakukan makanan. Sebab, makan adalah salah satu bahan bakar kita untuk tetap bisa beribadah kepada Allah, Allah SWT berfirman dalam QS al-A'raf ayat ke-31 yang artinya: "Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan."

Rasulullah Saw bersabda,"Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun