Hari mulai gelap dan Cin melihat Ibu dan Yanda di ruangan malah nyari laki-laki itu. Aduh, dia memegang kepalanya dan hampir jatuh ke lantai. Di sana tidak ada satu orang pun tiba-tiba ada Fanry keluar dari ruangan yang dimintanya kepada susuter untuk dapat tinggal di sana. Fan terkejut dan setengah mati rasa takutnya.
"Cin jatuh lagi ?"
Cin merespons dengan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan-pelan dan Fanry mengerti.
Segera mengantarkan Cin ke dalam kamarnya dan memanggil Dokter juga suster yang berjaga. Diperiksa semuanya Cin baik-baik saja.
Ditanya dengan seksama oleh Suster ternyata alasannya keluar ruangan rawat inap mencari Fan dan semua diruangan itu hening mata Ibu setengah dak percaya dan rada memerah, perasaannya juga raut mukanya. Panjang sekali ini ceritanya bakal kalau tidak segera diurus dengan baik dan benar.
Ujung-ujungnya Ibu bertanya kepada Fan dia ini apa sudah berkeluarga atau masih sendiri.
"Fan ini teman Cin, bu. Fan masih sendiri dan merasa bersalah sebab itu Fan..."
"Baiklah, Ibu mengerti dan kamu sebaiknya nanti menjelaskan semuanya didepan ninik mamak Cin di keluarganya."
"Fan diam dan terdiam mendengarkan Ibu mengatakan semua itu."
Terdengar Ibu menelpon semua saudaranya di Tanah Toraja dan meminta mereka semua untuk datang ke sana. Ketika mendengar itu saudara mereka termasuk kakak tertua Ibu juga bergegas pergi dan meluruskan semuanya sebab itu bukan perkara gampang dan mudah padahal Cin hanya masih dalam perawatan Dokter karena sakitnya dan bagaimana nanti kalau seandainya ingat kembali lalu inginkan meninggalkannya sebab itu bukan keinginannya ketika sehat kembali.
Fan sudah tidak memperdulikannya yang paling dia inginkan hanyalah bersama Cin itu sepertinya keinginannya dari dahulu hingga kini dirinya tetap begitu dan masih seperti itu perasaannya tidak akan pernah berubah buat Cin seorang apalagi kini Cin sudah seperti itulah semua sudah tahu kisahnya yang nyari-nyari Fan sampai hampir jatuh kembali.