Tak terpacu kepada kesedihan, bom di Pantai Jimbaran menginspirasi seorang penulis terkenal, Tere Liye. Sunset Bersama Rosieyang merupakan sepotong kisah imajinasi yang diangkat dari kisah nyata sebuah keluarga kecil. Tere Liye sering menghadirkan sebuah kisah nyata dengan pesan inspiratif dalam karyanya. Setelah sukses mengangkat kisah nyata dalam Novel Hafalan Surat Delisa,Tere Liye kembali mengangkat kisah nyata yang menyita banyak perhatian kalangan orang pada tahun 2005 lalu.
      Untuk yang kesekian kalinya, Tere Liye mengusung tema percintaan. Meskipun begitu, kisah cinta ini disuguhkan sebagai selingan kisah haru akibat bom di Pantai Jimbaran. Tergambarkan dalam paragraf
"Aku yang memperkenalkan mereka satu-sama-lain. Dua bulan berkenalan, saat kami bertiga bersama-sama mendaki Gunung Rinjani, Nathan menyatakan perasaannya ke Rosie. Cepat sekali."(hlm. 9).
Penulis menyindir mengenai kisah cinta Tegar yang terdahului oleh rekannya. Terbukti pula dari potongan paragraf
"Dengan kekuatan massa kali kecepatan cahaya dikuadratkan bom itu meledak." (hlm.21)
dilanjutkan dengan
"Jimbaran, dalam sekejap dari keriangan antarbangsa berubah menjadi kesedihan tak terhingga." (hlm. 22).
Novel ini menunjukkan dengan jelas detail kejadian tahun 2005 silam. Dengan bumbu tema yang menarik mengusung pula rasa kesetiaan, pengorbanan, kerinduan, ketegaran serta kesempatan mampu membuat novel ini membawa pembaca memosisikan dirinya untuk ikut mengenang betapa pilunya peristiwa bom yang maha dahsyat itu.
      Kehidupan dalam novel terkesan sederhana, namun bahagia. Persis mengena pada kehidupan nyata Darwis. Seorang akuntan asal Sumatera ini menghadirkan novel berjudul Sunset Bersama Rosiedengan kehidupan yang sederhana pula. Keadaan yang jauh dari kata kebisingan. Damai, layaknya kehidupan pedesaan. Dapat dilihat dalam salah satu paragraf novel ini.
"Sesuai rencana, saat matahari mulai merangkak naik, peti mayat Nathan dibopong oleh beberapa penduduk lokal. Pagi ini seluruh kegiatan di Gili Trawangan, pulau kecil dengan penduduk hanya berbilangdua ribu orang praktis terhenti. Perahu-perahu nelayan yang biasanya mengantar turis-turis menjelajahi terumbu karang terlambat, senyap. Pintu-pintu rumah tertutup dan terkunci rapat. Kuda-kuda dan kerbau terikat di istal dan kandang. Aktivitas sekolah dan pekerjaan tertunda." (hlm. 75).
      Darwis yang merupakan lulusan Fakultas Ekonomi dari Universitas Indonesia menunjukkan kepahamannya dalam hal ekonomi. Dengan sengaja menjadikan tokoh Tegar yang gila bekerja ini memiliki reputasi cukup tinggi di tempat ia bekerja. Dapat dilansir dari penggalan percakapan atasan Tegar berikut