Mohon tunggu...
Jelita Srinita
Jelita Srinita Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjuangan Slamet Riyadi

10 November 2021   13:07 Diperbarui: 10 November 2021   13:09 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Apa?!!! Apa yang kalian lakukan!! Sekarang kita sedang di ambang kekalahan, siapkan semua pasukan dan senjata canggih yang ada, jangan sampai kita kalah oleh orang udik seperti mereka!" perintah komandan pasukan Belanda sambil menggebrak meja dengan sangat keras. Lalu ia jalan mundar -- mandir karena sangat gelisah dan takut pasukannya akan terkalahkan. 

"Bagaimana ini jika sampai pasukanku kalah melawan mereka? Apa yang harus kulakukan lagi? Pasukanku harus menang pasukanku tidak akan pernah kalah oleh siapapun!" batin sang komandan Belanda. 

Pertempuran di kota Solo berlangsung selama 4 hari 4 malam dan mencapai puncaknya pada tanggal 10 Agustus 1949, saat dilaksanakan serangan gelombang kedua. Serangan tersebut merupakan serangan perpisahan dan dilakukan secara besar-besaran. Serangan yang dilakukan ini tidak dimaksudkan untuk merebut kota, akan tetapi semata-mata untuk memberikan kesan kepada kepada pasukan Belanda, bahwa TNI masih tetap kuat untuk melawannya.

Dalam kurun waktu empat hari, Slamet berhasil menghalau tentara Belanda. Pasukan Slamet Riyadi menewaskan tujuh orang dan menawan tiga orang Belanda. Orang Belanda yang ditawan oleh pasukan Riyadi di bawa ke markas, mereka di ikat oleh pasukan Slamet Riyadi untuk ditanya -- tanyai dan sebagai tawanan yang harus ditebus atau ditukar. Orang Belanda yang tawan bukanlah sembarang orang Belanda, sehingga Belanda mau tidak mau harus mengalah kepada pasukan Slamet Riyadi.

"Apa kalian belum puas menjajah kami? Belum puaskah kalian merenggut nyawa rakyat Indonesia? Belum puas juga kalian merampas SDA kami?" tanya salah satu pasukan sambil mengarahkan ujung pisau, sang tawanan yang mulai bergidik nyeri melihat pisau didepan matanya ia menjawab dengan tergagu gagu. 

"SDA ini adalah milik kami, kalian orang udik tidak mungkin bisa mengelola dan mengolahnya, maka dari itu biar saja itu menjadi milik kami",

 "Apa kau bilang?!" beberapa pasukan Riyadi yang mulai emosi memukul tawanan dengan tongkat kayu dengan sangat keras, hingga sang tawanan meneteskan darah.

"Berani sekali kamu memukul saya! Lihat saja apa yang akan saya lakukan setelah keluar dari sini, saya akan memerintahkan pasukan saya untuk menghabisi kalian hingga rata tanpa tersisa satu orang pun dan tubuh kalian akan saya suguhkan untuk makanan anjing saya! Cuih" kata sang tawanan. 

"Hahaha itu semua tidak akan pernah terjadi, jika kamu ingin bebas dari sini maka perintahkan pasukanmu untuk berhenti dan menyerah," kata sang penawan. 

"Tidak akan! Saya tidak akan memerintahkan itu kepada pasukan saya!", 

"Jika itu pilahanmu maka hidupmu akan berakhir disini, jika ingin tetap hidup lakukan saja apa yang saya perintahkan", 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun