Mohon tunggu...
M. Gazali Noor
M. Gazali Noor Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan.

Hobi pada buku bacaan dan pemikiran rasional dan humanis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kala 11 Anggota Dewan di Sana Hanya Bisa Jadi

18 Oktober 2024   09:39 Diperbarui: 18 Oktober 2024   10:50 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kala 11 Anggota Dewan Disana Hanya Bisa Jadi "Parlemen Jalanan".

Kemampuannya duduk jadi Anggota Dewan hanya membawa modal bisa : CURIGA

Curiga uang negara akan disikat habis oleh eksekutif, curiga uang negara akan dibagi-bagikan eksekutif di sekeliling kroni-kroninya, curiga uang negara akan digunakan untuk memenangkan calon tertentu. Ada indikasi-indikasi, ada  gelagat-gelagat, katanya.

Bahkan KPU dan Bawaslu dipandang telah memainkan skenario besar bawah tanah dalam kontestasi politik menurut pikiran jenis ini. Gemar membuat "hantu-hantu" dalam bayangannya sendiri.

Orang seperti ini memang memesona bagi sebagian kita, seolah-olah dia mewakili perasaan rakyat.

Cara berpikir begini akan "sempurna" apabila tertular lagi bibit pikiran ala penganut "teori konspirasi" oleh Partai Korupsi Sapi (PKS) dulu, partai yang apa-apa dicurigai sebagai konspirasi Yahudi, sedikit dipandang berlainan dengan pahamnya dicurigai ingin hancurkan Islam. Atau mungkin banyak melihat vidio para oknum habib tertentu yang apa-apa dianggap kebangkitan komunis. Maksudnya ini tentang "penyakit" cara berpikir "serba curigaan".

Pemikiran "modal curiga" ini sebenarnya dapat menularkan sikap destruktif massal yang merusak tatanan.

Bayangkan bila parlemen semuanya modalnya hanya bisa curiga pada eksekutif, barangkali tidak ada anggaran yang disetujui didunia ini. Cuma gara-gara satu saja, curiga.

Indonesia termasuk negara korup didunia, mending tidak usah dikeluarkan itu APBN kalau mengikuti cara berpikir jenis begini.

Pikiran semacam ini bukan cara berpikir Anggota Dewan yang terhormat, persis seperti cara berpikir "Parlemen Jalanan". Memang sebenarnya manakala anggota DPR atau DPRD tiap membahas sesuatu caranya melawan hanya dengan cara curiga dan tidak ikut pembahasan, asli dia telah menempuh sebagai "Parlemen Jalanan" sebenarnya. Mendingan menjadi aktivis saja.

Makanya partai seharusnya selektif menyaring anggota DPR/DPRD yang mempunyai kemampuan sesuai fungsinya sebagai anggota Parlemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun