Sesuatu yang sudah terjadi tidaklah pantas untuk disesali menjadi saran utama dari orang tua kepada anaknya. Akan saran tersebut tidak dapat menghapuskan penyesalan yang kita alami.
Karena penyesalan seseorang selalu dibayangi dengan penyataan tentang kebodohan dari diri kita, layaknya mempertanyakan rebuan kali tentang "Kenapa tidak dari awal aku menyadari kesesalahan yang kini ku sesali?".
Jika kalian berada pada sklus berulang untuk mempertanyakan diri kalian tentang kenapa diri kalian mengalami penyesalan. Maka jawaban yang harus kalian temukan adalah untuk mengetahui bagaimana kesalahan awal terjadi hingga mengakibatkan penyesalan dan memaafkan perbuatan kalian.
Jawaban kenapa kesalahan sendiri biasanya adalah kata “Abai”. Keabai-an kita akan sesuatu menyebabkan sebuah kesalahan besar yang akhirnya kita sesali dimasa depan.
Sebagai contoh penyesalan yang dialami oleh para lulusan universitas di kemudian hari, layak mengapa mereka tidak mengikuti organisasi, mengapa mereka kurang menyiapkan kompetensi dan kamampuan untuk dunia kerja, dan mengapa mereka tak melakukan penelitian tentang dunia kerja dimasa kuliah.
Atau untuk mereka yang ingin berkarir di bidang akademik mereka menyesali keadaan tentang mengapa mereka tak mencoba untuk ikut perlombaan ilmiah yang lebih banyak untuk meningkatkan kredesnsial mereka.
Penyesalan semacam ini pasti akan selalu muncul dan menghantui lulusan universitas tiap tahunnya dab bahkan penyesalan semacam ini jugalah menghantui mereka para pemilik IPK tinggi hingga yang tertinggi dari universitas.
Kenapa hal ini terjadi?
Kepemilikan “Gelar” dalam kelompok yang membuat mereka terlena
Kepemilikan gelar atau status yang lebih tinggi dari yang lain pada circle pertemanan akan dapat mudah membuat seseorang terlena hingga ia mulai melupakan dan bahkan hirau terhadap fakta bahwa diluar circle pertemanannya dia lebih rendah dari orang lain.
Keadaan semacam ini sangat mudah diketemukan pada mereka yang memang sudah bermasalah secara sosial dalam lingkup keluarga ataupun kesalahan pergaulan. Tapi keadaan ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari kesombongan yang memang ia miliki. Layaknya kutipan berikut:
“Bukan tahta yang membuat raja korupsi melainkan raja yang bertahtah yang melakukan korupsi”
Kurangnya informasi yang dihiraukan
Bila kita mengalami kekurangan informasi, maka tentu kita tidak dapat melihat kondisi realitas sebenarnya tentang bekal yang memang kita butuhkan setelah lulus dari universitas.
Keadaan ini biasanya terjadi pada mereka yang kurang bergaul dan disi lain mereka mungkin tidak memiliki anggota keluarga yang dapat memberikan informasi, tetangga yang memberikan saran, atau ketiadaan rasa krisis dalam diri mereka untuk mencari informasi.
Pada keadaan ini biasanya mereka salah menggambarkan kondisi realitas karena keterbatasan informasi. Layaknya jika mereka menonton film tentang kehidupan mahasiswa universitas.
Fokus mereka akan informasi realitas pada film akan mulai terkaburkan oleh informasi lain layaknya cinta dan uang, alhasil informasi realitas hanya akan menjadi latar belakang saja.
Keadaan semacam ini adalah yang terburuk, karena penyesalan yang akan mereka rasakan akan sangat pahit kedepannya, karena realitas yang semu yang mereka percayai akan runtuh seketika mereka lulus dari universitas.
“Menyerah mencari informasi hanya membuat diri kita jatuh lebih jauh kejurang penyesalan, disaat rival kita mudah mendapat infomasi tentang apa yang dibutuhkannya”
Gagal bersaing secara kemampuan
Penyesalan semacam ini seharusnya dapat dimaklumi oleh oeang yang mengalaminya secara teori, akan tetapi bila kita adalah salah yang merasakan kekalahan ataupun kegagalan banyak hal yang akan kalian salahkan mulai dari materi sekolah, guru yang buruk, fasilitas yang buruk, lingkungan belajar yang tidak kondusif, kurangnya semanga rivalitas, dll.
Namun pada keadaaan ini sendiri biasanya kita juga melupakan atau mengabaikan satu faktor utama dari kegagalan kita, yaitu kita abai terhadap fakta bahwa tubuh kita merasakan stress dan pikiran kita memburuk dengan segala tekanan yang kita timbulkan kepada mereka dalam pembelajaran untuk melaksanakan persaingan dengan yang lain.
Dimana jika pesaing kita datang ke ruang persaingan dengan keadaan santai dan siap untuk persaingan dan kita datang dengan keadaan cemas dan penuh tekanan, apakah kesempatan kemenangan kita akan menjadi lebih besar? Tidak keadaan dirikita yang buruk hanya membuat kemungkinan kalah menjadi lebih besar.
“Jenius kalah dengan orang bodoh, bukan karena keahlian melainkan kebodohan diri mereka yang muncul”
Apapun dasar penyesalan yang terjadi selalu ada kata abai yang menjadi dasarnya. Oleh karenannya jika kita kimau keluar dari siklus penyesalan cara termudah yang dapat dilakukan adalah memulai untuk memaafkan diri kita dan memahami ada batasan yang memang tidak bisa kita rubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H