Keadaan ini biasanya terjadi pada mereka yang kurang bergaul dan disi lain mereka mungkin tidak memiliki anggota keluarga yang dapat memberikan informasi, tetangga yang memberikan saran, atau ketiadaan rasa krisis dalam diri mereka untuk mencari informasi.
Pada keadaan ini biasanya mereka salah menggambarkan kondisi realitas karena keterbatasan informasi. Layaknya jika mereka menonton film tentang kehidupan mahasiswa universitas.
Fokus mereka akan informasi realitas pada film akan mulai terkaburkan oleh informasi lain layaknya cinta dan uang, alhasil informasi realitas hanya akan menjadi latar belakang saja.
Keadaan semacam ini adalah yang terburuk, karena penyesalan yang akan mereka rasakan akan sangat pahit kedepannya, karena realitas yang semu yang mereka percayai akan runtuh seketika mereka lulus dari universitas.
“Menyerah mencari informasi hanya membuat diri kita jatuh lebih jauh kejurang penyesalan, disaat rival kita mudah mendapat infomasi tentang apa yang dibutuhkannya”
Gagal bersaing secara kemampuan
Penyesalan semacam ini seharusnya dapat dimaklumi oleh oeang yang mengalaminya secara teori, akan tetapi bila kita adalah salah yang merasakan kekalahan ataupun kegagalan banyak hal yang akan kalian salahkan mulai dari materi sekolah, guru yang buruk, fasilitas yang buruk, lingkungan belajar yang tidak kondusif, kurangnya semanga rivalitas, dll.
Namun pada keadaaan ini sendiri biasanya kita juga melupakan atau mengabaikan satu faktor utama dari kegagalan kita, yaitu kita abai terhadap fakta bahwa tubuh kita merasakan stress dan pikiran kita memburuk dengan segala tekanan yang kita timbulkan kepada mereka dalam pembelajaran untuk melaksanakan persaingan dengan yang lain.
Dimana jika pesaing kita datang ke ruang persaingan dengan keadaan santai dan siap untuk persaingan dan kita datang dengan keadaan cemas dan penuh tekanan, apakah kesempatan kemenangan kita akan menjadi lebih besar? Tidak keadaan dirikita yang buruk hanya membuat kemungkinan kalah menjadi lebih besar.
“Jenius kalah dengan orang bodoh, bukan karena keahlian melainkan kebodohan diri mereka yang muncul”
Apapun dasar penyesalan yang terjadi selalu ada kata abai yang menjadi dasarnya. Oleh karenannya jika kita kimau keluar dari siklus penyesalan cara termudah yang dapat dilakukan adalah memulai untuk memaafkan diri kita dan memahami ada batasan yang memang tidak bisa kita rubah.