"Pelan, ya!" kata ibunya dengan suara lembut.
Sesaat cucu dan kakek itu sudah duduk di gubuk reot lagi sembari menikmati degan ijo yang sangat segar.
"Kek! Lanjut cerita lagi ya."
Kakek mengangguk.
Setelah dua minggu berlalu di kerajaan Azuretra di sebuah ruang yang megah. Ratu Ireshi akhirnya bertatap muka dengan Ratu Anandini dalam satu meja yang panjang. Di atas meja itu sudah di penuhi aneka makanan yang lezat. Mereka berdua saling bercerita tentang situasi terkini di masing-masing kerajaan. Ratu Ireshi lebih menguasai tema obrolan. Ratu Anandini setia mendengarkan.
Sebelumnya. Ratu Anandini sudah tahu maksud di balik kedatangan Ratu Ireshi. Akan tetapi, Ratu Anandini tidak mau berburuk sangka. Sebab kedatangan Ratu Ireshi tidak dengan membawa bala tentara. Dia datang sebagai tamu. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban Ratu Anandini menghormati seorang tamu.
Satu minggu sebelum pertemuan malam itu terjadi. Ratu Ireshi menemui seorang nenek tua berbaju serba hitam dan bertopi kerucut yang juga berwarna hitam. Tongkatnya yang meliuk-liuk juga berwarna hitam. Semuanya serba hitam. Hingga lampu di dalam rumahnya memancarkan warna hitam sehingga cahaya rumah nenek itu terlihat remang-remang. Dan Ratu harus ikut aturan main saat di rumah itu.
Si nenek sihir memberikan ramuan jahe sebanyak satu botol. Lalu ramuan itu diminumkan pada kucing belang hitam yang kebetulan tertangkap lewat. Namun, tiba-tiba kucing itu perlahan mematung.
"Berapa lama?" tanya Ratu sesaat.
"Setengah jam saja!"
Ratu mengangguk kecil.