Mohon tunggu...
Jehezkiel
Jehezkiel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43223110001 | Program Studi: Strata Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Mitos dan Logos Kejahatan pada Metafora Cincin Gyges

10 November 2024   08:43 Diperbarui: 10 November 2024   08:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Simbolisme cincin juga terkait dengan konsep keterlihatan dan pengawasan. Ketika Gyges menjadi tak terlihat, dia bebas dari pengawasan dan kontrol sosial. Ini menunjukkan bagaimana pengawasan dan keterlihatan memainkan peran penting dalam menjaga perilaku moral. Tanpa pengawasan, individu mungkin merasa bebas untuk melanggar norma-norma moral dan hukum.

 

Apa itu Metafora Cincin Gyges?

 Dalam Republic, Plato menceritakan kisah tentang Gyges, seorang gembala yang menemukan cincin ajaib yang membuatnya tidak terlihat. Dengan kemampuan ini, Gyges bebas melakukan kejahatan tanpa takut tertangkap. Dia menggunakan kekuatannya untuk menggoda ratu, membunuh raja, dan merebut tahta. Kisah ini kemudian menjadi alat bagi Plato untuk mengeksplorasi pertanyaan tentang hakikat keadilan.

 Plato memperkenalkan dua karakter, Socrates dan Glaucon, yang berdebat tentang implikasi dari Cincin Gyges. Glaucon berpendapat bahwa jika seseorang memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan tanpa konsekuensi, dia pasti akan melakukannya. Dia berpendapat bahwa manusia hanya mengikuti hukum karena takut akan hukuman, bukan karena mereka benar-benar percaya pada kebaikan. Socrates, di sisi lain, berpendapat bahwa manusia pada dasarnya baik dan akan memilih untuk melakukan hal yang benar, bahkan tanpa ancaman hukuman.

 

Mengapa Metafora Cincin Gyges Penting?

 Metafora Cincin Gyges memiliki makna yang sangat penting dalam memahami sifat manusia dan moralitas. Kisah ini menantang kita untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang:

 - Sifat Manusia: Apakah manusia pada dasarnya baik atau buruk? Apakah kita memiliki kecenderungan bawaan untuk melakukan kejahatan, atau apakah kejahatan adalah hasil dari pengaruh lingkungan dan pengalaman?

- Moralitas: Apa yang memotivasi kita untuk bertindak secara moral? Apakah kita didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan, menghindari hukuman, atau oleh prinsip-prinsip moral yang lebih tinggi?

- Keadilan: Apakah keadilan hanya tentang hukum dan aturan, atau ada sesuatu yang lebih mendalam? Apakah keadilan hanya tentang menghindari hukuman, atau ada sesuatu yang lebih bermakna, seperti kebaikan dan kebenaran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun