Mohon tunggu...
Jefri Pramana
Jefri Pramana Mohon Tunggu... -

Im not a good man, but im not totally bad man

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | "Story of Joe"

29 April 2018   00:43 Diperbarui: 17 Desember 2018   14:11 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tergetar ??

Ya, dia sudah biasa tergetar oleh segala yang ada padamu

Tergetar oleh simpul senyummu

Tergetar oleh caramu memperlakukannya

Tapi saat ini, dia masih belum terbiasa tergetar oleh sosokmu yang meninggalkannya

Menyisakan luka dan amarah akan dirinya sendiri

Bocah malang itu sangat berantakan

Mungkin wujudnya seperti bunga yang siap jatuh dari batang pohon

Semua mata telah tertutup, tak lagi ingin membantunya

Kehilangan akal, nurani bahkan pikiran

Terhanyut oleh pilahan hati yang pilu

Setiap detik ia sisakan untuk memproyeksikan bayangmu

Setidaknya itu selalu membuatnya tampak tegar, walau kehadiranmu hanya sebatas ilusi

Terima-kasih karna selalu memberinya inspirasi untuk menjalani hidup

Bayang-bayang kelam selalu menyelimuti hari-harinya

Terkadang ia menggigil disengat dinginnya malam, merenung saat terbangun dan meratapi paginya yang kosong.

Sampai kapan ??

Entahlah, yang aku tau dia ingin berjudi dengan takdirnya

Membawamu pulang adalah satu-satunya impian yang membuatnya terus melampaui batas.

Berjanjilah, Karena dia tak pernah menyukai kata ingkar

Berjanjilah untuk jauh lebih baik tanpanya

Dia hanya ingin melihat permatanya selalu terjaga indah seperti saat bersamanya

Selaksa malam tanpa cahaya bulan

Seperti semesta yang didera keheningan

Gumpalan kabut yang menyelimuti hari

Membuatnya merasa selalu sendiri tanpa daya

 Berjudi melawan melawan detik yang berdetak

Berjalan tanpa tahu arah

Meraba-raba ditengah kilatan yang siap menyambar

Memberontak ketakutan yang setia beriak

Biarkan dia berjalan, walau langkahnya tertahan oleh lumpur kepahitan

Biarkan dia melangkahkan kakinya sedikit saja

Melawan batas waktu yang tanpa nurani

Melawan jarak tanpa jalan yang berbaris lurus

                Biarkan dia melawan kelamnya

                Meraih kembali segala yang pernah ada

                Walau perlahan ia tergerus oleh sayatan luka

                Mengalir kedalam nadi dan terus berinkarnasi

Tapi, izinkanlah ia memecah keheningannya

Walau kadang membuatnya semakin terluka

Biarkan dia berjalan melampaui batas rasa

Tunggu dia.. tunggu sampai dia punya daya untuk membawamu kembali

Mengukir sejarah yang sudah tertanam dalam untaian waktu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun