Mohon tunggu...
Jeff NdunJr
Jeff NdunJr Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sampah Inzphyrasi

Menulis itu ilahi. Melaluinya setiap orang menjadi abadi dalam waktu dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nene "O Ya" dan Kebajikan Hidup yang Hidup

3 Oktober 2021   19:14 Diperbarui: 3 Oktober 2021   19:18 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pribadi dalam foto di atas adalah Nene Wilhelmina Iku. Umurnya diperkirakan sekita 80-an tahun ke atas. Rambutnya sudah beruban bahkan jalannya mulai bungkuk. 

Semua kecantikan, kekuatan, ketegaran dulu telah dirampas waktu. Begitulah manusia, menjadi tua itu kodra. Kini ia tinggal bersama anak dan cucunya di Uarau, Desa Babulu-Malaka, Paroki Kristus Raja Seon.

Walaupun namanya adalah Wilhelmina Iku, namun sering disapa juga dengan Nene O Ya. Sebab, seruan O Ya ini selalu terlontar dari mulutnya ketika berbicara dengan setiap orang. Entah setuju, atau tidak  atau mengerti maupun tidak dengan apa yang dibicarakan, ia selalu katakan O Ya.

Siapa sangka di usia yang tak lagi muda, Nene Wilhelmina banyak memancarkan nilai-nilai kehidupan yang elegan dan mantap. Ia selalu memberi sapa ketika ada tamu berkunjung. 

Walau dengan suara lemah, ia akan menyapa setiap tamu. Kalau tamu yang belum atau mungkin tidak dikenal entah karena pandangan mata yang kabur atau faktor lainnya, ia selalu bertanya kepada anak atau cucunya tentang siapa yang datang.

Setelah menyapa tamu, ia selalu menyuguhkan sirih pinang bagi sang tamu. Kalau sementara sibuk, ia akan menyuruh anak atau cucu untuk menjamu tamu dengan apa yang ada pada mereka. 

Kadang ia marah kepada anak atau cucunya kalau begitu lambat memberikan suguhan sirih pinang. Prinsipnya, segala kesederhanaan itulah yang dipersembahkan kepada semua orang yang dijumpai dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.

Adalah satu hal menarik yang mungkin menjadi inspirasi atau pelajaran untuk setiap orang. Kebiasaannya itu adalah ketika tamu yang datang ke rumah adalah seorang imam atau pastor. 

Saat tahu atau diberitahu bahwa yang datang adalah imam, Nene Wilhelmina langsung membuat tanda salib pada dahinya secara spontan. Entah apa maksudnya, itulah kebiasaan yang selalu ia lakukan.

Mungkin kita bisa memberi tafsiran atas apa yang dilakukannya. Apakah ia sudah tenggelam dalam moment lupa?, Ataukah itu hanya reaksi mekanistis yang dipengaruhi oleh faktor usia?. Dan mungkin ada alasan yang lain lagi.

Saya sendiri melihat hal ini sebagai sebuah ungkapan iman dari sang nenek. Walaupun seorang imam adalah manusia pendosa dan lemah tetapi ia memiliki keyakinan bahwa seorang imam adalah alter Christi, seorang imam adalah manusia pendoa. Inilah yang mungkin sudah tertanam dalam dirinya semasa ia mudah hingga sekarang. 

Suatu konsep iman atau ajaran gereja  yang ia hidupi, hayati dan jalani hingga sekarang. Seolah, kehadiran seorang imam membawa berkat tersendiri untuk dirinya sendiri. 

Saya juga sangat yakin, bahwa mereka inilah yang dulu menerima para imam misionaris dan mengalami pelayanan para imam dulu. Bisa dikatakan, mereka aktif hidup menggereja. Atau bisa juga mereka termasuk para pengajar iman, tokoh agama dahulu yang membantu para imam dalam berbagai pelayanan pastoral.

Tentu membuat tanda salib tidak harus bertemu seorang imam, tetapi hal yang mungkin dapat kita pelajari adalah kehidupan iman yang baik yang sudah dibiasakan sejak kecil pasti akan terbawa sampai usia tua. 

Kehidupan menggereja yang sudah ditekuni sejak dahulu pasti melekat erat dalam pribadi yang nampak dalam kebajikan-kebajikan hidup. Hal itu menjadi kekayaan bagi kehidupan seseorang. Memang benar pepatah "ala bisa karena biasa".

Dari Nene O Ya ini, patutlah hal baik, benar dan mulia dalam iman, moral dan lain sebagainya perlu biasakan sejak kecil. Pembiasaan merupakan salah satu cara untuk menanamkan dan menguatkan nilai-nilai dalam diri seseorang. Bagaimana membengkokkan batang pohon yang sudah besar? Hanya mungkin kalau sejak masih dalam bentuk rotan sudah dibengkokan memang.

Nene O Ya juga mengajarkan kepada setiap orang bahwa setiap orang yang datang bertamu membawa berkat tersendiri. Terlepas dari apa kepentingannya, namun sebuah kehadiran adalah sebuah nilai dan sebuah berkat. 

Karena itu menghargai, menghormati setiap tamu adalah wajib hukumnya. Hal itu ditunjukkan dengan memperlakukan setiap orang sebagai saudara dan sebagai raja.
S

ehat selalu Nene Wilhelmina Iku. Tuhan memberkati.

Seon, 03 Oktober 2021

Jeff Ndun, Jr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun