Gereja tidak dipanggil untuk membawa orang ke sorga, namun gereja terpanggil untuk menghadirkan sorga di bumi.Â
Berkaitan dengan peraturan pemerintah di atas, maka gereja harus berdiri bersama dengan mereka yang menjadi korban dan melawan keserakahan pelaku usaha tambang yang telah mengeksploitasi sumber daya alam.
Tindakan mengeksploitasi alam tentu telah melanggar hakikat kemanusiaan karena manusia sejatinya terpanggil untuk mengelola atau menata alam bukan merusaknya.Â
Karena itu, gereja perlu menyuarakan kehadiran sorga di bumi bukan sorga yang dinantikan kelak.
Sorga yang dinantikan kelak adalah urusan Allah sang pemilik kehidupan. Gereja perlu melakukan layanan pastoral bukan hanya kepada manusia tetapi juga terhadap alam dengan cara terus menyuarakan suara profetisnya.
- Gereja harus melakukan edukasi bukan indoktrinasi
Pengajaran tentang sorga dan neraka kerap menjadi ajang indoktrinasi terhadap umat. Tindakan ini hanya menimbulkan ketakutan terhadap umat sebab takut kehilangan sorga.Â
Pengejaran akan sorga merupakan hasil indoktrinasi sehingga orang-orang selalu memperdebatkan sorga dan neraka dan membangun opini-opini spekulatif terhadap realitas keduanya.
Lebih baik gereja dan agama-agama yang ada perlu melakukan edukasi terhadap umat bagaimana menghadirkan sorga di bumi.Â
Membicarakan sorga dan neraka sebagai harapan eskatologis yang bersifat masa futuristic hanya melahirkan perilaku-perilaku yang abai terhadap krisis ekologis.
- Ekologi sebagai jalan dialog lintas iman
Isu ekologi menjadi titik temu untuk berdialog karena bumi adalah rumah bersama tempat kita tinggal.Â
Dari pada sibuk membahas sorga dan neraka, alangkah baiknya membahas kebersatuan kita di tengah perbedaan dengan melakukan tindakan sederhana dalam menyelamatkan bumi.