Mohon tunggu...
jefrianus temba
jefrianus temba Mohon Tunggu... Editor - siap

jefri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemimpin yang Terbuka dan Dialogis di Era Postmodern

29 April 2022   10:13 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:49 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMIMPIN YANG TERBUKA DAN DIALOGIS DI ERA POSTMODERN

Oleh:Jefrianus Temba

 

Pendahuluan

Pemimpin (leader), merupakan terminologi yang sarat makna dan kompleks. Dalam pandangan manusia jaman ini, pemimpin merupakan orang yang dipercayakan untuk memandu sekelompok orang kepada sesuatu yang baik dan benar, atau dalam sistem kenegaraan disebut sebagai orang yang mengatur masyarakat dalam negara atau wilayah tertentu.

Pemimpin juga dapat dikatakan sebagai pribadi yang memiliki kemampuan yang komprehensif dalam menata suatu sistem dalam berorganisasi demi mencapai suatu tujuan, yakni kesejahteraan bersama,  baik dalam skala kecil (mikro= daerah) maupun skala besar (makro= nasional).

Dalam suatu sistem pemerintahan pemimimpin memiliki andil yang tidak bisa dibilang kecil. Pemimpin dapat mempengaruhi perkembangan organisasi. Berkembangnya sebuah organisasi secara baik tidak luput dari intervensi personal pemimpin entah bersifat materi maupun immateri. 

Keterlibatan total dan tulus dari seorang pemimpin terlihat pada capaian yang digapai oleh organisasi itu dalam suatu perguliran waktu. Pemimpin yang gagal biasanya menimbulkan stgnasi dalam berorganisasi sebaliknya pemimpin yang berhasil dapat memberi nutrisi yang positif bagi kemajuan organisasi yang diayomi. 

Oleh karena pemimpin memiliki peranan yang menentukan maka dibutuhkan kejelihan dari yang terpimpin untuk menentukan siapa seharusnya yang pantas memimpin. Bagaimana kaum terpimpin dapat mengidentifikasi karakter dari para pemimpin yang ideal dan bermutu? 

Hal inilah yang menjadi inti yang mau dikaji dalam tulisan ini.Tulisan ini merupakn sebentuk hipotesis subyektif penulis dalam menaggapi urgensi idealitas kepemimpinan di era postmodern.

Kepemimpinan di era postmodern

Era postmodern yang ditandai oleh dominasi ruang bebas interpretasi, membuat hobi menjadi pemimpin sangat ditantang. Para pemimpin ditantang untuk tetap eksis dalam situasi dilematis. Disatu sisi aksentuasi terhadap suatu kebenaran subyektif akan bertendensi pada egosentrisme dan cendrung menjadi otoriter, sebab kebenaran ada dalam diri pemimpin sendiri. 

Disisi yang lain Penekanan terhadap subyektifitas juga sebenarnya menimbulkan kontradiksi dalam kepemimpinan, karena jika setiap individu bepedoman pada kebenaran subyektif, nilai apakah yang dapat menjadi pegangan bersama? 

Jika seorang pemimpin tidak berpatok pada nilai universal, apa yang melatarbelakangi otoritasnya? Kelihatannya pertanayan ini menarik untuk kita selidiki. Mari kita masuk ke point berikut:

Pemimpin yang otoriter

Pemimpin yang otoriter adalah pemegang kekuasaan yang sulit ditanggapi oleh masyarakat atau kelompok dalam suatu wilayah tertentu. Pemimpin yang otoriter memiliki sikap dan tanggung jawab yang sifatnya personal, dia sulit menerima anjuran atau kritikan dari orang lain.

Adanya pemimpin yang otoriter, membuat segala macam pergerakan masyarakat selalu terawasi dan dikontrol secara mendetail oleh si pemimpin. Sikap seperti ini jelas menimbulkan kebimbangan dan ketakutan bagi yang terpimpin.

Apa yang mendasari sikap otoriter?

Ada 2 faktor yakni: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

Faktor ini dipengaruhi oleh sikap egosentrisme dan radikalisme dalam diri pemimpin yang takut hilang kekuasaan yang sedang digenggamnya, sehingga menimbulkan sifat monoton dan sensitif. Selanjutnya kebenaran subyektif menyebabkan pembawaan yang menciptakan kepuasan diri sendiri tanpa menyadari kehadiran orang lain. Sebab memang kebenaran sudah ada dalam diri pemimpin itu sendiri.

Faktor eksternal

Faktor eksternal dipengaruhi oleh daya atau gerak pemimpin ketika ia memimpin, artinya sikap pemimpin itu dipengaruhi secara langsung oleh fakta-fakta di luar diri yang ia temukan di wilayah kepemimpinanya. Pengaruh faktor eksternal mencakupi berbagai aspek kehidupan pemimpin antara lain; aspek sosial, aspek ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. 

Singkatnya, factor eksternal mempengaruhi secara keseluruhan cara seseorang untuk memimpin. Dampak dari faktor eksternal bagi seorang pemimpin otoriter sangat gamblang, dimana impuls positif yang masuk dari luar dapat diolah untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan sepihak, tanpa kompromi.

Dalam bentuk kepemimpinan otoritarianisme kedua faktor di atas bagaikan dua sisi kepingan logam yang tak dapat dilepaspisahkan dalam diri pemimpin. Persoalannya ketika sebuah sistem organisasi dipegang oleh pemimpin otoriter, maka akan berbenturan dengan asas kebebasan interpretasi, sebagaimana yang diwacanakan di era postmodern. 

Manusia pasca modern menghendaki hidup dalam ruang kebebasan yang luas untuk menentukan diri dan lingkungan kehidupanya. Maka bentuk kepemimpinan yang tertutup dan sewenang-wenang harus dihindari.

Idealitas pemimpin diera postmodern 

Kriteria mutlak sebagai standarisasi seorang pemimpin di era postmodern adalah  harus memiliki kemampuan untuk menyentuh setiap pribadi terpimpin agar bergiat demi meningkatkan kesejahteraan bersama. Manusia pasca modern memiliki atensi yang supreme terhadap karakter  pemimpin.  

Karakter dan sikap seorang pemimpin yang didambakan di era postmodern adalah bersifat terbuka dan dialogis. Pemimpin yang terbuka akan mampu beradaptasi dengan perubahan serta mampu berdialog dengan perubahan yang dihadapi. Pemimpin mestinya terlibat dalam dinamika perubahan, mengahadapinya dengan sikap optimis, selektif dan terkontrol. 

Selain itu, pemimpin harus terbuka untuk berdialog dengan berbagai elemen khusunya dalam mengakomodasi aspirasi terpimpin untuk diolah dan dijadikan suatu kekuatan, sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan. Dalam penentuan kebijakan tentunya membutuhkan sikap kritis.

Kesimpulan

Secara garis besar persoalan-persoalan yang sering terjadi di era posmodern ini adalah pemimpin yang menganut paham otoritarisme dan tertutup, sehingga format-format yang menjadi rancangan mereka merasa tidak penting dan tidak berharga oleh masyarakat,karena tidak membawa manfaat atau pengaruh di dalam kehidupan masyarakat yang terbuka dan dialogal.

Persoalannya terletak pada ketaksanggupan pemimpin dalam  menanggapi perubahan yang mempengaruh gaya hidup manusia yang terus bergulir dalam waktu. Gerak perubahan dinamis  dalam setiap rentang zaman secara simultan mempengaruhi gaya kepemimpinan. 

Oleh karen itu hemat saya, diskursus tentang idealitas kepemimpinan di era postmodern tidak terlepas dari penyesuaian total terhadap wacana subyektifitas yang menjadi gaya hidup manusia postmodern. 

Dengan demikian,  Pemimpin yang ideal adalah  pemimpin bersifat terbuka dan dialogal. 

Referensi

  • Coplin,William D., Pengantar Politik Internasional Sebagai Telaah Teoretis, (Bandung: Sinar Baru, 1992).
  • Suseno, Franz  M., Pijar-Pijar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2005)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun