Mohon tunggu...
jefrianus temba
jefrianus temba Mohon Tunggu... Editor - siap

jefri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pemimpin yang Terbuka dan Dialogis di Era Postmodern

29 April 2022   10:13 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:49 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan di era postmodern

Era postmodern yang ditandai oleh dominasi ruang bebas interpretasi, membuat hobi menjadi pemimpin sangat ditantang. Para pemimpin ditantang untuk tetap eksis dalam situasi dilematis. Disatu sisi aksentuasi terhadap suatu kebenaran subyektif akan bertendensi pada egosentrisme dan cendrung menjadi otoriter, sebab kebenaran ada dalam diri pemimpin sendiri. 

Disisi yang lain Penekanan terhadap subyektifitas juga sebenarnya menimbulkan kontradiksi dalam kepemimpinan, karena jika setiap individu bepedoman pada kebenaran subyektif, nilai apakah yang dapat menjadi pegangan bersama? 

Jika seorang pemimpin tidak berpatok pada nilai universal, apa yang melatarbelakangi otoritasnya? Kelihatannya pertanayan ini menarik untuk kita selidiki. Mari kita masuk ke point berikut:

Pemimpin yang otoriter

Pemimpin yang otoriter adalah pemegang kekuasaan yang sulit ditanggapi oleh masyarakat atau kelompok dalam suatu wilayah tertentu. Pemimpin yang otoriter memiliki sikap dan tanggung jawab yang sifatnya personal, dia sulit menerima anjuran atau kritikan dari orang lain.

Adanya pemimpin yang otoriter, membuat segala macam pergerakan masyarakat selalu terawasi dan dikontrol secara mendetail oleh si pemimpin. Sikap seperti ini jelas menimbulkan kebimbangan dan ketakutan bagi yang terpimpin.

Apa yang mendasari sikap otoriter?

Ada 2 faktor yakni: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

Faktor ini dipengaruhi oleh sikap egosentrisme dan radikalisme dalam diri pemimpin yang takut hilang kekuasaan yang sedang digenggamnya, sehingga menimbulkan sifat monoton dan sensitif. Selanjutnya kebenaran subyektif menyebabkan pembawaan yang menciptakan kepuasan diri sendiri tanpa menyadari kehadiran orang lain. Sebab memang kebenaran sudah ada dalam diri pemimpin itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun