Mohon tunggu...
Jefri Yunedi
Jefri Yunedi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengurus HMI Cabang Padang

Saya belajar untuk mendalami cara menulis absurdism , serta mencoba melatih skill kepenulisan disini.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dari Politik Masuk Kampus Sampai Kampus Masuk Politik

15 Desember 2023   20:20 Diperbarui: 15 Desember 2023   20:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pihak yang berseteru tentunya sudah sering kita lihat atau dengarkan sendiri argumentasinya, sebuah simulasi politik praktis. Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas oratoris dan poin-poin argumentasi kedua belah pihak tersebut, melainkan sebuah narasi dari sudut pandang lain dari penonton setia pesta demokrasi. 

Disni kita akan melihat sebenarnya kampus adalah arena politik atau kampus dalam hal ini bukanlah sebuah arena, tapi salah satu pihak yang bertarung juga?. Kampus masuk politik mungkin itu poin yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini.

Kampus masuk politik.

Sebuah topic diskusi yang baik menurut penulis jika kita membahas keikutsertaan kampus dalam kancah politik. Bukan tanpa alasan penulis memunculkan premis ini, semua hal ini didasari oleh beberapa kejadian belakangan ini. 

Untuk beberapa kejadian bisa kita lihat bagaimana sebuah kampus memfasilitasi salah satu paslon dalam bentuk kunjungan. Jika kit abaca dari beberapa informasi awal mungkin saja tertera bahwa hal tersebut merupakan kunjungan akademis, namun kita tidak memerlukan stamina berpikir yang banyak untuk tahu bahwa itu merupakan agenda politik.

Kampus sebagai fasilitator poltik ini tentunya bagi beberapa pihak bukanlah hal yang biasa saja. Pihak mahasiswa yang tidak setuju kampus terkontaminasi oleh politik mungkin akan menolak lansung politisi ini untuk masuk, yang mendukung tentu akan sebaliknya. Kampus mungkin tahu hal-hal demikian tentang aspirasi dan isu politik di kalangan mahasiswa.

Pihak kampus bisa jadi menolak para politisi atau mungkin mendukungnya, namun kedua hal itu tentu tidak baik untuk masa depan kampus. Jika dalam hal ini kampus menolak mungkin hal yang didapatkannya hanya sekedar “respect” dari mahasiswanya, namun dalam hal lain pada kedepannya tentuk akan berpengaruh pada kampus itu sendiri karena hanya mereka ini yang nantinya akan menjadi  pemangku kebijakan  atau “calon bos“ mereka nanti. 

Di sisi sebaliknya jika kampus mendukung salah satu paslon, tentu ini menjadi tugas tambahan juga bagi mereka contohnya tugas klarifikasi, doktrinisasi, dan pemetaan suara mahasiswa nya, belum lagi tentang peraturan-peraturan yang mesti diakali jika ingin mendukung salah satu paslon, tentu ini bukan opsi yang baik dan mereka terlalu pintar untuk memilih opsi ini.

Dari yang penulis analisis tentang pergerakan kampus dalam momentum ini adalah posisi yang diambil kampus di dalam arena. Kampus di arena perpolitkan kali ini akan menjadi subjek yang bernama “Kampus”, kenapa tidak berubah? jika bisa menjadi kampus, buat apa berubah menjadi 01, 02, 03, mungkin itu jawabannya.  

Dari simulasi dialogis tersebut kita tangkap bahwa kampus memang akan menjadi kampus sebagai opsi “pasti menang” pada setiap pemilu. Kampus tidak menunjukkan penolakan sekaligus tidak menunjukan keberpihakan, bukan netral  hanya saja mereka tidak berada di dua posisi tersebut.

Jika mereka tetap diam menjadi kampus, maka selanjutnya posisi mereka akan aman. Kampus tidak akan dikucilkan oleh Pemimpin Negara karena menolak mereka sebelum nantinya terpilih, juga tidak menguji keberuntungannya dengan mendukung salah satu pihak yang belum tentu menang, sangat beresiko. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun