Permodalan yang sangat minim
Pemasaran
Minimnya peralatan produksi
Penyerapan dan pemberdayaan Tenaga Kerja
Kesiapan menghadapi Pasar Global
Minimnya Promosi
Kurangnya transfer ilmu, karena tidak adanya regenerasi
Kurangnya pemanfaatan Sumber Daya Alam karena masih bersifat tradisional
Kurangnya kerjasama antar UMKM pengadaan bahan dan pemasaran
Untuk nara sumber berikutnya Perusahaan Batik Trusmi, dalam hal ini diwakilkan oleh Direktur Pemasarannya yakni Bapak Coki. Sedangkan yang sebagai Owner (pemilik) Batik Trusmi Ibu Sally Giovani berhalang hadir. Perusahaan Batik Trusmi saat ini telah menjadi Perusahaan berskala besar dengan Omzet yang dihasilkan setiap bulannya kurang lebih sekitar Rp. 1 Milyar. Pendirian dan pengembangan awal Perusahaan Batik Trusmi tersebut hanya bermodalkan usaha sebesar Rp. 15 Juta yang dilakukan oleh Pemiliknya, itupun modal awalnya didapat dari Amplop Pernikahan dari tamu yang kondangan. Untuk saat ini Perusahaan Batik Trusmi setiap harinya dikunjungi sekitar 4000 orang dan Perusahaan Batik Trusmi telah mendapatkan 3 penghargaan Rekor Muri, yaitu Toko Batik terluas, pemrakarsa Cap Batik terbesar, dan edukasi pembatikkan.
Batik Trusmi sekarang ini tidak hanya dikenal di Kota Cirebon, akan tetapi Batik Trusmi telah dikenal luas ke seluruh wilayah Indonesia. Apalagi kini Perusahaan Batik Trusmi telah membuka cabang di wilayah Indonesia, seperti Medan dan Manado. Sedangkan dalam waktu dekat ini dalam proses peresmian di Bali. Bahkan Perusahaan Batik Trusmi telah merambah dan menjajaki membuka cabang untuk pasar di luar negeri.