Mohon tunggu...
Jeff Rekando Lubis
Jeff Rekando Lubis Mohon Tunggu... Administrasi - Lawyer in the morning, Youtuber after breakfast

Law Abiding Citizen...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendaki Gunung Slamet dari Jakarta

10 Maret 2018   10:28 Diperbarui: 10 Maret 2018   10:37 9119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Pos 5 kami tiba pukul 12.30. Kami istirahat untuk makan siang. Di sini merupakan tempat paling ideal untuk mendirikan tenda dan menginap, selain karena ada sumber air dan tanah datar yang luas untuk mendirikan tenda, juga masih ada warung yang menjual makanan. 

Saat itu ada sekira 10an tenda yang telah berdiri, puluhan orang para pendaki, dan terlihat masih ada beberapa lapak yang kosong. Namun kami tidak menginap dan tidak mendirikan tenda di sini. Kami memilih untuk menginap di Pos 7 karena lebih dekat ke Puncak, dengan alasan pagi hari setelah summit kami langsung turun ke Basecamp dan langsung pulang ke Jakarta.

Melanjutkan pendakian dari Pos 5 terasa sangat melelahkan. Di samping tenaga sudah mulai habis, dan tanjakan semakin tajam, panas matahari juga sangat menyengat kulit. Tiba di Pos 7 dengan terseok-seok, kami baru sampai pukul 4 sore. Padahal idealnya ditempuh hanya 2,5 jam. Di Pos 7 tidak afa sumber air dan hanya cukup untuk 5 tenda saja. Beruntung, lapak untuk kami masih tersisa, sebagian pandaki yang datang belakangan tidak mendapat lokasi mendirikan tenda lagi.

Tantangan terberat naik Gunung Slamet adalah Pos 7 menuju ke Puncak. Bangun harus sepagi mungkin agar pada saat summit bisa melihat sunrise sekaligus terhindar dari bau belerang yang menyengat yang dapat menggangu kesehatan. Makan biskuit dan minum teh manis merupakan sarapan wajib jika hendak summit.  

Barengkat jam 4:00 tepat dengan hanya membawa sebotol aqua dan camera, kami bersiap mendaki tanjakan paling tajam di Gunung Slamet. Menuju puncak Slamet harus melewati Pos 8 dan Pos 9, namun pos-pos tersebut hanya sebatas tulisan di papan, tanpa ada shelter. Pos 7 ke Pos 8 dan Pos 9 masih melewati pepohonan kecil dan semak-semak, walaupun tanjakan semakin menjadi-jadi.

Pos 9 ke Puncak, harus ditapaki dengan sangat hati-hati. Jalur ini diselimuti awan di bagian atas, sedangkan di bagian bawah, pasir, kerikil dan batu besar yang selalu bergeser dan kadang berjatuhan jika tidak diinjak dengan benar. Jalur ini yang paling melelahkan dan menyeramkan, terbukti ada pendaki lain yang kakinya tertimpa batu yang jatuh dari atas.

Akhirnya sampai juga di Pucak kira-kira pukul 6:00, setelah berjuang selama kurang lebih 2 jam. Melepas kelelahan, menikmati sunrise, memandangi awan dan berselfi ria adalah kenikmatan tak terkira yang disuguhkan Gunung Slamet. Setelah puas menikmati puncak selama 1 jam, kami turun menuju Pos 7.

Menuruni puncak yang berpasir dan berkerikil tajam membuat sepatu gunung terasa tak bergerigi.  Pelindung agar sepatu tidak kemasukan pasir (**) sangat diperlukan. Melihat banyaknya pasir dan kerikil yang rentan menggelinding, saya sarankan jangan naik ke puncak bila lagi turun hujan.

Puncak ke Pos 7 dituruni selama 1 jam. Di Pos 7 kami minum kopi, makan indomie sembari menurunkan tenda dan memasukkan sleeping bag ke dalam keril. Meninggalkan Pos 7 dengan bawaan yang lebih ringan, kami tiba di Pos 5 hanya 1 jam. Di Pos 5 kami istirahat ngobrol-ngobrol sama pendaki lain, kemudian melanjutkan perjalanan pada pukul 10:15. Hanya istirahat kurang lebih 15 menit masing-masing Pos di Pos 3, Pos 2 dan Pos 1, kami tiba kembali di Basecamp pukul 2:55 WIB.

Dari Basecamp kami menyewa mobil angkot sejenis Suzuki AVP ke Terminal Bobot Sari seharga 35 ribu/orang. Dari Terminal Bobot Sari kami beli tiket di loket bus Sinar Jaya seharga 90 rb untuk eksekutif dengan tujuan Lebak Bulus.

________________________________________________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun