Mohon tunggu...
Jefara Saputra
Jefara Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Isu sosial emosional di sekolah dasar,dpt bulliying,masalah disiplin atau interaksi di sekolah dasar

21 Januari 2025   09:48 Diperbarui: 21 Januari 2025   09:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah memiliki peran yang signifikan dalam proses mencerdaskan generasi bangsa.

Namun, ironisnya, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk meningkatkan pengetahuan

siswa, melainkan juga menjadi ajang kekerasan. Kekerasan tersebut bisa terjadi antara siswa

dan guru, guru dan siswa, atau bahkan sesama siswa. Semakin banyak insiden kekerasan yang

dilakukan oleh siswa di sekolah, ini tentu menjadi sumber kekhawatiran dan kegelisahan.

Tindakan kekerasan ini menjadi bukti dari hilangnya moral dan kemanusiaan. Meskipun seringnya kita mendengar tentang tawuran antar pelajar sebagai bentuk kekerasan di sekolah,

sebenarnya masih banyak bentuk kekerasan lain yang terjadi dan bisa memiliki dampak yang

lebih serius. Kekerasan dalam konteks pendidikan bisa terjadi di dalam maupun di luar sekolah,

baik di sekolah umum maupun di pesantren.

Menurut penelitian (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) Salah

satu permasalahan yang sering terjadi dikalangan pelajar adalah perundungan atau bullying.

Kata bullying berasal dari bahasa Inggris yang berarti 'menindas'. Bullying dalam bidang

pendidikan merupakan salah satu tindak pidana yang sering dihadapi oleh pelajar. Menurut

definisi Rigby yang dikutip dalam penelitian Emi et al., bullying adalah keinginan untuk

menyakiti korbannya, dan keinginan tersebut diwujudkan melalui tindakan yang menimbulkan

rasa sakit. Sekalipun dilakukan dengan baik, proses ini sering kali dilakukan berulang kali oleh

individu atau kelompok yang mempunyai kekuasaan, terlepas dari tanggung jawab

mereka.Penindasan adalah serangkaian ancaman yang dimaksudkan untuk menyebabkan

kerugian fisik atau emosional. Keterampilan sosial mengacu pada kemampuan individu dalam

mengelola emosinya dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan empati, dan

mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain agar dapat berinteraksi dengan baik dengan

teman sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Pentingnya memperhatikan interaksi sosial

dalam mengembangkan keterampilan social.

Menurut (Suyokmuti 2013) interaksi sosial melibatkan berbagai tindakan atau kegiatan

yang melibatkan dua orang atau lebih, masing-masing dengan tujuan dan orientasi yang

berbeda. Namun, perilaku bullying dapat mengganggu interaksi sosial siswa, membuat mereka

merasa terasing dan kesulitan untuk berinteraksi dengan baik di lingkungan sekolah.

Pengertian bullying menurut KBBI yaitu menindas, merundung, merisak dan

mengintimidasi yang berarti penyalahgunaan dan pengintimidasian kepada orang lain

menggunakan kekerasan dengan mengancam dan memaksa orang tersebut. (Sapitri 2020) Bagi

individu atau kelompok yang berpartisipasi dalam ancaman atau pemaksaan, hal ini mungkin

menjadi kebiasaan dan korban yang dituju dapat menjadi sasaran berulang kali. Kekerasan

tersebut mungkin dimotivasi oleh ras, agama, jenis kelamin, atau kemampuan. Pelecehan

disebut "menyakat" dalam bahasa Indonesia yang artinya mengganggu, mengganggu, dan

menyusahkan orang lain. Artinya, pelecehan adalah suatu sikap atau kejahatan yang dilakukan

dengan sengaja oleh seseorang atau sekelompokorang yang mempunyai kekuasaan terlalu besar

terhadap orang lain, dengan tujuan untuk merugikan korbannya, dan tindakan tersebut

dilakukan secara berkelanjutan. Sekolah yang merupakan tempat menimba ilmu dan

mengembangkan akhlak yang baik, nyatanya telah berubah menjadi tempat terjadinya tindak kriminal seperti perundungan, dan kejadian yang terjadi di kalangan siswa juga cukup

mengkhawatirkan.

Menurut Willis dan Wati dalam penelitian (Andria Pragholapati, Rizki Muliani n.d.) dan

kawan-kawan mengatakan tindakan membuli bisa ditimbulkan dari 2 faktor, yaitu faktor dari

dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dari dalam diri seperti ciri-ciri kepribadian, contohnya

yaitu lemah dalam mempertahankan diri dan anak tersebut dari lahir memang mempunyai sifat

suka mengganggu, dan untuk faktor dari luar diri seperti dari faktor keluarga contohnya orang

tua kurang memperhatikan dan memberikan kasih sayang untuk anaknya, keadaan ekonomi

keluarga yang kurang mencukupi juga faktor dari pertemanan baik itu teman di lingkungan

rumah maupun teman di sekolah. Jadi dengan kata lain faktor-faktor tersebut berpotensi

membuat mereka akan menjadi korban dari perilaku bullying yang ada.

Perilaku membuli sendiri bagi sebagian pelajar dianggap sebagai ajang untuk menunjukkan

kekuatan mereka, dimana mereka yang paling jago atau kuat akan semena-mena terhadap

mereka yang lemah. Namun, meskipun demikian perilaku bullying disini tidak dapat dibenarkan

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku bullying merupakan suatu perbuatan

atau tindakan yang tidak baik dan dalam agama Islam juga telah melarang perilaku membuli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun