Mohon tunggu...
Jefara Saputra
Jefara Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori emosional intelejen

18 Januari 2025   12:32 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kecerdasan menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu

konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal

pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan

sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa

Yunani disebut nulis, sedangkan penggunaan kekuataan tersebut disebut

nose sis. Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa Latin dikenal

sebagai intellectus dan intelegensi. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris

masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence. Transisi

bahasa tersebut, ternyata membawa perubahan makna yang mencolok.

Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut intelegensi

(kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara

nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.1

Berkaitan dengan hakikat emosi, Beck mengungkapkan pendapat

James dan Lange yang menjelaskan bahwa Emoticon his the preparation of

body changes which occurred in response to an event. Emosi adalah persepsi

perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons)terhadap suatu peristiwa. Definisi ini bermaksud menjelaskan bahwa

pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadap situasi.2

Setelah mengetahui apa itu kecerdasan (intelegensi) dan apa itu

emosi, selanjutnya akan dibahas tentang Emotional Intelligence (EI) atau

biasanya dikenal dengan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan

emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan

hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan

menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir;

berempati dan berdoa.

Teori lain dikemukakan oleh Reuven Br-On, sebagaimana dikutip

oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, ia menjelaskan bahwa

kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan

kecakapan non kognitif yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil mengatasi Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan John

Mater, pencipta istilah kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan

emosional adalah mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan

perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya,

dan mengendalikan perasan secara mendalam sehingga membantu

perkembangan emosi dan intelektual.3

Para pakar memberikan definisi beragam pada kecerdasan

emosional (EQ), diantaranya adalah kemampuan untuk  menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional bdalam bentuk menerima,

memahami, dan menglolanya. Kecerdasan emosional merupakan

kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan

bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar

beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan

berdoa. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali,

mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun

emosi orang lain dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja

sama sebagai tim yang mengacu pada produktifitas dan bukan pada

konflik.4

Cooper dan Sawaf mengemukakan bahwa perkembangan yang

pesat tentang kecerdasan emosional didukung oleh ratusan kajian riset dan

konsep manajemen yang sangat memperhatikan aspek-aspek emosi,

intuisi, dan kekuatan yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain

disekitarnya. Beberapa manfaat yang dihasilkan oleh kecerdasan

emosional yang merupakan faktor sukses dalam karir dan organisasi antara

lain; (1) Pembuatan keputusan (2) kepemimpinan (3) terobosan teknis dan

strategis (4) komunikasi yang terbuka dan jujur (5) kerja sama dan

hubungan saling mempercayai (6) loyalitas konsumen (7) kreativitas dan

inovasi. Dengan demikian, kecerdasan emosi atau emotional intelligence

merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun