Kecerdasan menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu
konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal
pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan
sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa
Yunani disebut nulis, sedangkan penggunaan kekuataan tersebut disebut
nose sis. Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa Latin dikenal
sebagai intellectus dan intelegensi. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris
masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence. Transisi
bahasa tersebut, ternyata membawa perubahan makna yang mencolok.
Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut intelegensi
(kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara
nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.1
Berkaitan dengan hakikat emosi, Beck mengungkapkan pendapat
James dan Lange yang menjelaskan bahwa Emoticon his the preparation of
body changes which occurred in response to an event. Emosi adalah persepsi
perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons)terhadap suatu peristiwa. Definisi ini bermaksud menjelaskan bahwa
pengalaman emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadap situasi.2
Setelah mengetahui apa itu kecerdasan (intelegensi) dan apa itu
emosi, selanjutnya akan dibahas tentang Emotional Intelligence (EI) atau
biasanya dikenal dengan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan
hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir;
berempati dan berdoa.
Teori lain dikemukakan oleh Reuven Br-On, sebagaimana dikutip
oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, ia menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan
kecakapan non kognitif yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil mengatasi Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan John
Mater, pencipta istilah kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan
emosional adalah mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya,
dan mengendalikan perasan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual.3
Para pakar memberikan definisi beragam pada kecerdasan
emosional (EQ), diantaranya adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional bdalam bentuk menerima,
memahami, dan menglolanya. Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan
berdoa. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali,
mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun
emosi orang lain dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja
sama sebagai tim yang mengacu pada produktifitas dan bukan pada
konflik.4
Cooper dan Sawaf mengemukakan bahwa perkembangan yang
pesat tentang kecerdasan emosional didukung oleh ratusan kajian riset dan
konsep manajemen yang sangat memperhatikan aspek-aspek emosi,
intuisi, dan kekuatan yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain
disekitarnya. Beberapa manfaat yang dihasilkan oleh kecerdasan
emosional yang merupakan faktor sukses dalam karir dan organisasi antara
lain; (1) Pembuatan keputusan (2) kepemimpinan (3) terobosan teknis dan
strategis (4) komunikasi yang terbuka dan jujur (5) kerja sama dan
hubungan saling mempercayai (6) loyalitas konsumen (7) kreativitas dan
inovasi. Dengan demikian, kecerdasan emosi atau emotional intelligence
merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H