Mohon tunggu...
Jefara Saputra
Jefara Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori levigson vygotsky

17 Januari 2025   19:32 Diperbarui: 17 Januari 2025   19:32 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial.

Semua perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran,

persepsi, dan kesadaran bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah

intrapersonal. Mekanisme yang mendasari kerja mental tingkat tinggi itu

merupakan salinan dari interaksi sosial (Confrey, 1995:38; Taylor, 1993:3).

Dalam pandangan Vygotsky, semua kerja kognitif tingkat tinggi pada manusia

mempunyai asal-usul dalam interaksi sosial setiap individu dalam konteks budaya

tertentu (Brunning, 1995:218). Atau dengan meminjam istilah Wilson dkk.

(1993:80), kognisi merupakan internalisasi dari interaksi sosial. Teori kognisi

sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan sosial yang baru untuk

memahami proses pendidikan.

Vygotsky sangat menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan

dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia (Slavin,

2000:46). Vygotsky (dalam Ormrod, 1995:178) menyatakan bahwa, children's

cognitive development is promoted and enchanced through their interaction with

more advanced and capable individuals. Menurut Vygotsky siswa sebaiknya

belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih

mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

perkembangan intelektual siswa. Konsep ini oleh Vygotsky dinamakan

pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Pemagangan kognitif mengacu

pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh

keahlian melalui interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud adalah

orang yang menguasai permasalahan yang dipelajari. Jadi, dapat berupa orang

dewasa atau kawan sebaya (Slavin, 2000:270).

Setiap anak akan melewati dua tingkat (level) dalam proses belajar, yaitu

pertama pada level sosial, yaitu anak melakukan kolaborasi dengan orang lain dan

kedua pada level individual, yaitu anak melakukan proses internalisasi (Jones &

Thornton, 1993:18). Menurut Solso (1991:384), internalisasi merupakan proses

transformasi tindakan eksternal (perilaku) menjadi kerja psikologis internal

(proses). Jones & Thornton (1993:21) menggambarkan kondisi ini seperti gambar

di bawah ini.

Gambar 1. Dua Level Pembelajaran (Jones & Thornton, 1993:21)

Dari uraian di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru

hendaknya mengorganisasi situasi kelas dan menerapkan strategi pembelajaran

yang memungkinkan siswa saling berinteraksi dengan temannya dan guru, serta

menstimulus keterlibatan siswa melalui pemecahan masalah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun