Mohon tunggu...
Jeba
Jeba Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Teman Ahok dan PDIP

27 Februari 2016   13:39 Diperbarui: 27 Februari 2016   14:03 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya menilik keberadaan Teman Ahok disebabkan karena ketidakpastian apakah Ahok akan dicalonkan atau tidak. Dengan adanya partai yang mendukung Ahok seharusnya Temah Ahok tidak perlu ada lagi. Begitu logika mudahnya.

Masalahnya kalau ada partai yang mendukung Ahok sekarang, sepenuhnya karena melihat antusiasme warga Jakarta yang mengumpulkan KTP karena melihat militansinya relawan teman Ahok berjuang yang menggambarkan betapa sosok Ahok itu benar-benar berkarakter dan teruji.

Ahok memang beda dari pejabat umumnya yang meskipun idealis tetapi kemudian luntur dalam kong kalikong transaksional kepentingan partai, kelompok serta atas nama etika balas budi.

Trus bagaimana dengan PDIP

Perhelatan Rakernas PDIP barusan, menunjukkan bahwa Ahok istimewa di kalangan PDIP. Ketua Umumnya juga memiliki hubungan baik dengan Ahok. Komposisi DPRD DKI juga secara proposional, PDIP dapat mengajukan calon tanpa harus koalisi dengan partai lain. Posisi PDIP mengiurkan untuk calon gubernur DKI di banding partai lain.

Jika PDIP mencalonkan Ahok maka Teman Ahok tidak perlu lagi mengumpulkan KTP dan Ahok lebih gampang melenggang mencalonkan diri.

Masalahnya adalah apakah PDIP benar-benar mencalonkan AHOK yang tidak bisa diatur dan terkenal dengan tidak loyal pada partai. Apakah PDIP mau mencalonkan orang yang memiliki tekad lebih loyal pada kepentingan rakyatnya daripada kepentingan partai? Ada beberapa kader PDIP yang kemudian terlempar dan bahkan di depak di akhir karena partai mengutamakan kepentingannya saat itu yang kadang-kadang tidak perduli untuk kepentingan jangka panjangnya. Coba mulai mengingat sejak dari pemilihan siapa calon wapres dan penentuan menteri,  ada kader PDIP telah memakai baju putih tapi kemudian namanya tidak diumumkan. Demikian juga calon gubernur Jateng yang kemudian dialihkan pada Gubernur Jateng yang menjabat saat ini dan itu terjadi saat-saat akhir. O.ow Ahok akan berada dalam pusaran ketidakpastian apakah akan timbul atau tenggelam.  Lain cerita bilamana PDIP mengeluarkan pernyataan tanpa syarat mendukung Ahok sama seperti yang dilakukan NASDEM.

Rekaman Riza Chalid pengusaha minyak yang terungkap pada kasus etika ketua DPR Setya Novanto, mengemukakan bagaimana Jokowi mendapatkan desakan kuat dari  Ketum PDIP untuk memilih Budi Gunawan sebagai Kapolri. Jika ini benar, maka bisa dibayangkan bagaimana Ahok harus menyesuaikan dengan kepentingan Ibu. Alih-alih mengurus Jakarta, malah mengurus kasak kusuk kepentingan penyesuaian yang diminta.

Kalau itu betul juga, maka kasak-kusuk melemahkan KPK bisa jadi  karena KPK berani mengusik kepentingan meloloskan Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri pada waktu itu.

Mungkin Ahok tidak takut PDIP tidak mencalonkan dirinya, tapi apakah Ahok tidak takut melihat bagaaimana lembaga sekaliber KPK dan dipercaya masyarakat bisa diobrak abrik. Selain personil KPK yang terlontar….UU KPK juga hendak direvisi bukan untuk penguatan tapi cenderung membatasi keleluasaan menangkap koruptor.

Wagub Jarot saja tidak berani jadi wagup Ahok jika belum ada restu dari partai. Mungkin Mas Jarot tahu betul bagaimana akibatnya bila tidak dapat menunjukkan loyalitas pada partai (atau mungkin Ketumnya).

Rano Karno dan  Ganjar Pranowo terang-terangan siap mencalonkan diri di DKI. Meskipun ini bisa dikatakan sebagai pernyataan meramaikan suasana tapi paling tidak menyiratkan bahwa ada ‘tekanan-tekanan’  yang hendak ditujukan  pada  AHOK bahwa PDIP bisa mencalonkan seseorang yang dapat menjadi saingan Ahok.  ‘Serangan-serangan’ agar Ahok bertekuk lutut dibawah ‘dengusan’ partai yang dilambangkan dengan banteng bermoncong putih ini dapat dirasakan meskipun perhelatan masih satu tahun di depan.

Saya Cuma berharap, Ahok tetap Ahok yang kuat  memahami sebagaimana yang sering dia sampaikan bahwa jabatan itu dari Tuhan.

Teman Ahok itu adalah modal besar dibanding partai untuk kasus Ahok ini karena Temah Ahok lahir dari keinginan masyarakat banyak yang kecewa terhadap partai-partai karena terus menerus mengulangi penghianatan terhadap kepentingan konsituennya.

Kita doakan Jakarta, doakan Indonesia.

God Bless Our Country

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun