Mohon tunggu...
Jeanino Martin
Jeanino Martin Mohon Tunggu... Guru - Berbagi ide dan pemikiran

Seorang yang dapat mengekspresikan pemikirannya lebih baik dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

8 Februari 2022: Perpisahan Saudara Kembar

27 Mei 2022   16:12 Diperbarui: 29 Juni 2022   13:19 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bermimpi yang aneh dan menakutkan beberapa malam yang lalu. Dalam mimpi itu, aku sedang menghadiri sebuah acara di sebuah gedung bersama suamiku tersayang, Ron. Kami sangat senang karena bertemu dengan anggota keluarga besar kami di sana.

Tiba-tiba aku melihat Sang Maut di antara para tamu. Aku sangat takut. Aku melihatnya menyeret seseorang untuk ikut dengannya.

Saya kemudian meminta Ron untuk menarik orang itu dari tangan Sang Maut. Ron kemudian meraih tangan orang itu, sementara aku melingkarkan tanganku di pinggang Ron untuk membantunya menarik orang itu.

Sang Maut bergerak begitu cepat sehingga Ron dan aku terseret olehnya. Meskipun kami berdua mencoba menarik sekuat yang kami bisa, tapi Sang Maut lebih kuat. Cengkeraman Ron pada orang yang diseret Sang Maut terlepas, dan kami berdua jatuh ke belakang.

Kami berdua melihat dengan putus asa pada orang yang dibawa pergi oleh Sang Maut. Orang itu menoleh ke arah kami, dan menatap kami dengan tatapan sedih. Sementara itu Ron menangis dan memohon padanya untuk tidak pergi.

Sang Maut tertawa penuh kemenangan. Aku merinding mendengarnya tertawa, sampai-sampai aku berteriak ketakutan. Aku mencoba mengumpulkan keberanianku, dan berteriak pada Sang Maut, "Kamu tidak bisa memiliki jiwanya! Dia milik Yesus Kristus!"

Sang Maut menghentikan langkahnya dan menatapku dengan ekspresi marah. Ron dan aku mengambil kesempatan itu untuk berjalan mendekatinya.

Setelah kami cukup dekat dengan Sang Maut, orang yang diseret oleh Sang Maut berkata kepada Ron, "Yah, tidak apa-apa, Onal (nama panggilan Ron), mungkin sudah waktunya aku pergi".

"Kenapa sekarang? Terlalu cepat!" kata Ron sambil menangis dan memandang wajah orang itu. "Ada banyak hal yang perlu kita urus!"

Aku kemudian berkata kepada orang itu,"Jangan takut, karena kamu akan kembali kepada Allah Bapa. Kamu tidak akan dibawa oleh Sang Maut dan binasa."

Aku kemudian mengutip sebuah ayat Alkitab untuknya, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada- tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26).

Kemudian aku mengalihkan pandanganku pada Sang Maut, dan menghardiknya dengan mengutip sebuah ayat Alkitab lainnya, "Wahai maut, dimanakah kemenanganmu? Wahai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:55).

Pada saat aku menyelesaikan kalimatku, Sang Maut tiba-tiba lenyap.   Orang yang sebelumnya dipegang oleh Sang Maut, sekarang berdiri sendiri.

Kemudian, ada cahaya terang di kejauhan. Orang itu melihat ke arah cahaya terang, lalu menoleh ke arah kami dengan senyum di bibirnya. "Pintu sudah dibuka. Tuhan Yesus pasti menunggu saya di sana," katanya. "Sampai bertemu lagi, Nal!" lanjutnya.

Sebelum dia menjejakkan kakinya untuk masuk ke dalam cahaya terang, Ron memanggilnya untuk mengucapkan salam perpisahan. Ron berkata, "Sampai bertemu lagi, Udol" (nama panggilan kembaran dari Ron). 

Saat Ron menyebut nama panggilan saudara kembarnya, barulah aku bisa mengenali wajah orang tersebut, yang ternyata adalah saudara kembar Ron.

Saat terbangun dari tidur, aku merasa sangat gelisah. Aku hanya bisa berdoa untuk saudara kembar Ron yang sakit sejak beberapa bulan terakhir. 

Pagi ini, Tuhan Yesus telah datang untuk menjemput saudara kembar Ron untuk kembali ke rumahNya yang kekal.

✝️✝️✝️✝️✝️✝️ 

Epilog

Nama saudara kembar Ron adalah Rudolf Siahaan. Beliau meninggal dunia pada tanggal 8 Februari, pukul 01:57 WIB. Ia meninggalkan seorang istri, yaitu M. br. Simanjuntak. Mereka memiliki tiga orang anak, yaitu Naia (11 tahun), Jess (8 tahun) dan Nael (2 tahun).

Beristirahatlah dengan tenang, saudara kami yang terkasih, Amang Naia. Suatu hari nanti kita semua akan bertemu lagi di Yerusalem Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun