Kemudian aku mengalihkan pandanganku pada Sang Maut, dan menghardiknya dengan mengutip sebuah ayat Alkitab lainnya, "Wahai maut, dimanakah kemenanganmu? Wahai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:55).
Pada saat aku menyelesaikan kalimatku, Sang Maut tiba-tiba lenyap. Orang yang sebelumnya dipegang oleh Sang Maut, sekarang berdiri sendiri.
Kemudian, ada cahaya terang di kejauhan. Orang itu melihat ke arah cahaya terang, lalu menoleh ke arah kami dengan senyum di bibirnya. "Pintu sudah dibuka. Tuhan Yesus pasti menunggu saya di sana," katanya. "Sampai bertemu lagi, Nal!" lanjutnya.
Sebelum dia menjejakkan kakinya untuk masuk ke dalam cahaya terang, Ron memanggilnya untuk mengucapkan salam perpisahan. Ron berkata, "Sampai bertemu lagi, Udol" (nama panggilan kembaran dari Ron).
Saat Ron menyebut nama panggilan saudara kembarnya, barulah aku bisa mengenali wajah orang tersebut, yang ternyata adalah saudara kembar Ron.
Saat terbangun dari tidur, aku merasa sangat gelisah. Aku hanya bisa berdoa untuk saudara kembar Ron yang sakit sejak beberapa bulan terakhir.
Pagi ini, Tuhan Yesus telah datang untuk menjemput saudara kembar Ron untuk kembali ke rumahNya yang kekal.
✝️✝️✝️✝️✝️✝️
Epilog
Nama saudara kembar Ron adalah Rudolf Siahaan. Beliau meninggal dunia pada tanggal 8 Februari, pukul 01:57 WIB. Ia meninggalkan seorang istri, yaitu M. br. Simanjuntak. Mereka memiliki tiga orang anak, yaitu Naia (11 tahun), Jess (8 tahun) dan Nael (2 tahun).
Beristirahatlah dengan tenang, saudara kami yang terkasih, Amang Naia. Suatu hari nanti kita semua akan bertemu lagi di Yerusalem Baru.