Mohon tunggu...
Fahmi Rijal
Fahmi Rijal Mohon Tunggu... -

"Walau huruf habislah sudah, alifbataku belum sebatas Allah..." {Sutardji Calzoum Bachri}

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Turun

5 Januari 2013   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngapa boy? Kok semerawut gitu...” sapa sahabatku setelah aku duduk di salah satu sudut kantin. Si kurus itu sedang makan nasi goreng dengan si ganteng (sahabatku satu lagi, tak tahu lagi harus kusebut apa dia).

“Nggak ada. Aku tadi habis nabrak si DIA. Rasanya aku kenal dekatlah sama DIA.” jawabku. Si kurus, menaruh sendoknya. Si ganteng yang sedang melahap telor ceplok pun tiba-tiba tercekik.

“Maksudnya?” tanya si kurus.

“Entahlah feeling aku aja paling. Rasanya ada yang aku lupa. Lagian gelang aku kok bisa sama dengan gelang yang DIA pakai?” jawabku. Si ganteng tambah tercekik, dia cepat-cepat mengambil segelas air putih.

“Ngapa dia?” tanyaku.

“Entah, keselek mungkin.” jawab si kurus.

Lalu mulailah pembicaraan tidak penting kami lainnya. Sejenak kulupakan kejadian itu dan kami kembali ke kelas. Di depan kelas juga sedang ramai, ada pertunjukan sulap dari temanku yang lain. Bukan hanya pintar sulap, tapi dia juga ahli dalam menghipnotis orang seperti yang ada di acara-acara televisi.

Dan kawan, mungkin kau tidak akan mempercayainya dan menganggap hipnotis itu rekayasa. Tapi percayalah kalau hipnotis itu benar adanya. Semula aku juga berada pada golongan orang yang tidak percaya sampai aku melihatnya secara langsung. Setelah peserta hipnotis kehilangan kesadaran, penghipnotis memberikan sugesti untuk tidak bohong dan menanyainya bermacam-macam hal. Juga menuruhnya melakukan hal yang aneh-aneh tentu saja. Kawan, itu semua bukan rekayasa.

Bahkan seingatku juga pernah dihipnotis, berhasil, dan aku sama sekali lupa kejadian saat aku tidak sadarkan diri. Entah apa yang mereka sugestikan kepadaku, aku benar-benar tidak bisa mengingatnya.

Kembali tentang DIA yang kulupa. Selang beberapa hari aku seperti menjadi seorang penguntit. Setiap ada kesempatan curi pandang ke arah DIA. Kukeruk semua informasi apa pun tentang DIA. Menarik perhatiannya walau nyata-nyata DIA terus menghindar. Walau sahabatku-sahabatku tidak menyukainya entah kenapa, aku tak peduli karena aku menyukainya. Tentu saja kita definisikan kelakuan gilaku itu dengan tiga kata kawan. AKU JATUH CINTA. Salah, bukan tiga tapi lima kata, AKU BENAR-BENAR JATUH CINTA.

Tidak wajar, karena kami bahkan belum kenalan. Tapi aku merasa sudah mengenalNYA. Apa lagi ini kalau bukan cinta. Aku benar-benar menyukaiNYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun