Fenomena di atas adalah salah satu bagian dalam perekonomian khususnya keputusan oleh pelaku pasar. Ilmu ekonomi yang selalu terkait bagaimana mengambil keputusan atas pilihan produk yang akan memenuhi kebutuhan manusia.Â
Sebagaimana pelaku pasar utama adalah produsen dan konsumen demikianlah dalam konteks ini petani sebagai produsen atau penyedia barang (makanan pokok) dan masyarakat adalah konsumen atau penikmat makanan pokok.Â
Masing-masing pelaku pasar akan mencoba mengambil pilihan terekonomis dan pastinya keuntungan maksimal atas interaksi permintaan dan penawaran pada sebuah pasar.
Mencermati upaya pemerintah dan gerakan kaum milenial di bidang pertanian untuk semakin mengambil bagian dalam sektor pangan ini maka salah satu pemahaman yang memadai terhadap keinginan pasar adalah sebagai syarat mutlak.
Pasar atau tempat bertemunya produsen dan konsumen akan selalu mengambil piihan ekonomis dengan sedikitnya mempertimbangkan antara fungsi dan harga atas produk pertanian yang akan dihasilkan atau dibutuhkan.
Keberadaan barang subtitusi selain beras (nasi), dalam hal ini 4 jenis makanan pengganti di atas memperlihatkan bahwa dari sisi harga, keekonomian, dan juga latar belakang iklim dan cuaca sangat dimungkinkan untuk dikembangkan.Â
Beras yang adalah sebagai sumber utama makanan pokok di Indonesia sampai saat ini terkadang masih sering menjadi sebuah alat yang sedikit banyak seakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kebijakan politik pangan.
Jujur saja agak sedikit kurang menggembirakan bila dibandingkan antara fungsi beras yang hampir memonopoli sumber kalori di Indonesia. Saat ini jumlah penduduk di kisaran 270 juta namun petani padi tidak seindah kesejahteraannya bila dibandingkan dengan para pengusaha pertambangan (energi fosil  memonopoli sumber utama energi).Â
Sumber BPS menyebutkan untuk tahun 2020 produksi beras nasional adalah sebanyak 31,33 juta ton. Sedangkan permintaan akan kebutuhan beras dengan rata-rata kebutuhan per orang sebanyak 300 gram per hari atau setara 109,5 kilogram/per tahun maka angka tertinggi bila dikalikan dengan total penduduk mencapai 29,56 juta ton. Masih terdapat surplus beras.
Menilik dari harga, maka hampir pada titik keseimbangan di antara permintaan dan penawaran (supply). Dengan melakukan kebijakan pro petani dan melindungi harga beras dari negara lain (kondisi dan fakta harga produksi dan jual lebih murah) sangat masuk akal agar upaya untuk melakukan penghentian impor beras dipikirkan secara hati-hati dan seksama. Sehingga mencegah harga jual beras jatuh. Dan petani bisa menikmati jerih payahnya.
Yang kemudian menjadi pekerjaan besar adalah bagaimana teknologi dan juga komponen pendukung lainnya seperti pupuk dan bibit yang unggul termasuk rekayasa cuaca bisa mendukung agar harga produksi yang lebih rendah sehingga harga jual bisa kompetitif.
Tidak saja memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan bisa mengekspor ke negara lain khususnya di Asia yang hingga kini adalah juga penikmat beras.
Selanjutnya adalah kembali ke judul artikel ini dan setelah melihat fungsi dan barang subtitusi makanan pokok di luar beras dapat menjadi sebuah informasi yang masuk akal bagi para petani milenial.Â