Iseng-iseng saya mencoba membuat riset pribadi. Bahkan dengan praktik langsung yakni melakukan diet nasi untuk sarapan dan makan malam dengan menggantinya dengan alternatif makanan pokok lain. Lewat beberapa sumber bacaan terkait dengan hegemoni sang beras terhadap makanan pokok pengganti yang setara dengannya.
Sebagaimana data-data sebaran makanan pokok di dunia di atas, paling tidak makanan pokok itu secara komposisi dapat dilihat dari kadar kalori (energi), lemak, karbohidrat dan protein.
Sebuah penelitian oleh nutritionfacts.org menyebutkan bahwa untuk tetap mempertahankan kondisi tubuh tetap sehat dan bugar, kebutuhan akan kalori sebagai sumber utama energi bagi manusia adalah di antara 300-400 gram per hari (dalam kondisi normal). Atau bagi mereka yang mereka yang menjalankan diet setidaknya di antara 150-200 gram per hari.
Dengan memperhitungkan komposisi yang hampir setara dengan nasi maka pilihan saya ada pada 4 jenis makanan pokok pengganti (alternatif). Makanan pokok tersebut adalah pisang kepok, jagung manis, ubi jalar, dan talas. Mari kita bandingkan komposisi masing-masing 4 makanan pokok pengganti di atas dengan standar acuan beras (nasi) dengan menggunakan aplikasi FatSecret.
Dari data di atas dapat terinformasi bahwa dengan asupan sebanyak 100 gram per sekali makan, maka ranking kalori terbesar adalah nasi putih (129 kalori), pisang kepok (115 kalori), talas (112 kalori), ubi jalar manis (86 kalori) dan jagung manis (81 kalori).
Kalori tertinggi tetap pada nasi, namun bila perkomposisi dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi tubuh khususnya untuk diet, tujuan tertentu dan atau faktor pencegahan penyakit lainnya maka anda dan saya akan dapat memilih sesuai dengan kebutuhan.
Ternyata benar, secara sains menunjukkan fakta bahwa kandungan nutrisi yang dihasilkan oleh makanan pokok di luar dari beras atau nasi ada pada makanan pokok alternatif lainnya seperti pisang kepok, jagung manis, ubi jalar dan talas. Kabar baiknya adalah tanaman ini juga lazim tumbuh subur di lahan pertanian di Indonesia.
subtitusi/pengganti (terlepas belum menghitung harga pokok produksi per jenis produk) adalah lebih mahal dari pada beras!
Dan betapa tercengangnya saya, ternyata harga untuk makanan pokokFantastis! Bagi saya yang dulu pernah menganggap bahwa makan nasi adalah segalanya, karena menganggap kandungan nutrisi makanan alternatif lain “kurang bergizi” adalah sama sekali sebuah pandangan yang keliru dan kurang tepat. Dan paradigma menyebutkan bahwa ejekan untuk mengonsumsi makanan pokok di luar beras atau nasi akan seperti membawa kita kembali pada zaman kolonialisme (makan ubi, jagung atau talas) adalah sebuah penyesatan juga.
Mengapa? Maaf saja bila patokannya adalah harga, maka 3 di antara makanan pokok pengganti di atas lebih mahal (“menarik” untuk dibudidayakan dan dikembangkan secara berkelanjutan) dari pada harga sekilogram beras sekalipun. Justru makanan pokok ini begitu mahal. Bagi saya secara sederhana akan menganalisa terhadap 2 kemungkinan atas kondisi ini.