Nilai-nilai yang mempesona dengan rangkaian proses yang harus dihormati tahap demi tahap mencapai tujuan bukan menjadi pilihan utama. Fokus pada tujuan jangka pendek dengan segera mencapai hasil adalah lebih menjadi skala prioritas. Berorientasi kepada ujung sebuah proses, dan bila gagal menjadi sebuah kebodohan.
Tidak perlu peduli terhadap proses yang serba indah kalau akhirnya gagal mencapai hasil. Pemahaman praktis dan bisa berhasil menjadi pilihan terbaik karena tidak mau dipusingkan dengan upaya memperbaiki proses menjadi sempurna.
Saat ini paham pragmatisme menjadi favorit untuk dilaksanakan oleh organisasi ataupun seorang pribadi. Keterbatasan waktu atau tenaga serta tuntutan untuk bertahan hidup adalah menjadi fokus utama. Sadar diri atas kekurangan yang ada sehingga kegagalan di hasil akhir bukanlah sebuah penderitaan, dianggap wajar sehingga perlu dicoba dengan berbagai cara yang baru.
Oleh karenanya fokus dengan tuntutan lebih optimal mencapai hasil dengan berbagai cara bisa dilakukan. Taktis dengan ide yang dimodifikasi dengan siasat dan strategi baru di detik-detik akhir adalah cara terbaik daripada menunggu sampai situasi dan kondisi yang ideal.
Siapapun dengan seluruh ide yang dimiliki baik mumpuni atau tidak, tergantung apakah bisa dilaksanakan dan membuahkan hasil secara nyata khususnya materi dan pemenuhan hidup.
Selebihnya hanyalah sebuah basa-basi yang tidak diperlukan dan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
Hal inilah secara jangka pendek dapat dinikmati  oleh setiap orang namun upaya memperbaiki atau menanamkan nilai-nilai baru sebagai modal kepada peradaban menjadi sebuah pengabaian. Terjebak dengan hal-hal yang praktis atau mudah dilaksanakan saja, tanpa sebuah upaya proses pembelajaran nilai-nilai baru demi keberlanjutan hidup organisasi.
Perbedaan antara kaum idealis dan pragmatis dengan cara dan orientasi menunjukkan keterbatasan sebagai manusia. Diperlukan keseimbangan antara nilai-nilai yang hendak dibangun dengan tidak terbuai dengan sebuah rentetan proses saja. Tidak memiliki upaya yang taktis memenuhi kebutuhan secara fisik dan materi akan membuat manusia pada titik nol dan kemunafikan sejati. Tidak akan bisa bertahan hidup dan mati secara fisik dan mencoba membangun nilai yang sifatnya angan-angan saja.
Anda dan saya mungkin adalah salah satu penganut paham ini. Pilihan paham apapun itu adalah yang terbaik daripada tidak untuk keduanya.
Terjerumus untuk tidak idealis dan memilih pragmatis dengan cara instan yang menggadaikan jati diri manusia di era ini sepertinya telah membuat peradaban semakin menuju pada kehancuran dan menciptakan pelacuran hidup yang sungguh tidak menggambarkan jati diri kita sebagai bangsa yang besar. Salam
Medan, 15 Juni 2021