Siapa yang tak pernah terkagum dengan rasa ini?
Dari mata, turun ke hati tak lama bersemayam merasuk jiwa,
Tulang belulang tak mampu menahan ngilu yang datang,
Mencoba melawan justru malah tertawan,
Tak mampu didefiniskan jauh melampaui hikmadnya akal,
Cinta saja sejatinya itu cukup,Â
Tapi jatuh yang membuatnya sakit,
Ya, jatuh cinta berjuta pilu menikam kalbu,
Demikian mereka juga pernah di rasa yang sama,
Menggelora melebihi bara api yang membara,
Menghanguskan rintangan belantara menjadi debu,
Menunggu dulu untuk sebentar kemudian bebaskan derita,
Karena cinta tak hanya kagum terburu-buru,
Juga tidak tersimpan selamanya di ruang rahasia,
Tak abadi malah tersembunyi pada larutnya malam,
Sebelum nanti menyayat di palung terdalam,
Engkau yang sekarang tersesat gelapnya temaram,
Mengolok-ngolok rindu jadi semakin terluka dalam,
Menolak candu yang datang sekuat rasa,
Malah terjebak pulang karena harus terpaksa,
Terjerumus jadi satu untuk saling menyangkal,
Bukan hanya menghapus aku tapi juga dirimu,
Tak pernah sungguh sebelum bersama di duka yang ketemu,
Tak kan terbukti bila bercumbu tanpa cemburu,
Menjalin asmara penuh cinta yang tak jemu-jemu,
Bukalah kotak dan jendela hatimu merajut nyali menggapai mimpi,
Sembari tergenggam jari jemari menjelang pagi,
Berpelukan dengan sang pujaan hati,
Bagaikan kembang mewangi berwarna-warni
Medan, 6 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H