Sebentar terlelap tak lama terjaga seketika gelap kembali menjadi terang,
Tak luput dalam ingatan guratan wajah penuh warna-warni melecut raga,
Memberanikan sembunyi membuka aura menantang benci di antara rindu,
Tatapan liar sampai ke awang-awang saat mata tak mampu terpejam,
Marah membara bak api yang melalap istana menyisakan puing-puing berserakan,
Tak jarang menepi berjumpa telaga bermandikan nirwana 'tuk kembali senyum penuh tawa,
Aku makhluk punya cerita terbahak-bahak di episode lain meraung-raung penuh isak tangis,
 Seolah mati rasa ketika memejamkan mata berlari terburu-buru mendapatkan yang kuasa,
Terhempaskan topan dengan tangan terangkat, lutut bersimpuh memohonkan doa di atas tanah,
Sudahi galaumu ayo terus menelusuri di tepian karena telah menunggu sejuta impian,
Cukup tuliskan setiap kesal dalam dada sebab tak selamanya hari berjumpa nestapa,
Bangkit bersama semesta tak perlu menunggu sampai pagi hanya untuk sebuah karsa,
Mereka tak tahu engkau sesak dalam dada tak pernah lupa menanti setiap rangkaian kata-kata,Â
Bukan yang hina yang harus menderita bila langkah terpilih oleh Sang Pencipta,
Tak semua diberi meski engkau meminta, tak pernah padam meski dosa yang hitam legam,
Teruskanlah karya berjuta daya untuk memikat jiwa tersesat kembali berkilau pesona,
Suatu nanti kan engkau dapati bejana hati penuh kembang mewangi yang tak kan pernah mati.
Medan, 27 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H