Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sound of Borobudur: Lantunan Merdu Surga Tanpa Tutur

1 Mei 2021   23:25 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:42 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah simbol peradaban identik sekali dengan sebuah karya baik secara fisik maupun non fisik. Dan bagi negeri ini sejarah kejayaan peradaban sebagai pusat kemajuan dunia pernah ditorehkan. Bukti kebanggaan akan kejayaan negeri ini masih gagah berdiri dan memanggil seluruh anak negeri untuk berdiri tegak kembali dengan menatap simbol jati diri bangsa pada kemegahan mahakarya "Candi Borobudur".

Beradasarkan bebera literatur dan catatan sejarah menyebutkan bahwa Candi Borobudur yang terletak di Magelang yang jaraknya kurang lebih 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta adalah candi stupa yang didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dan diyakini Candi Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

Bila hanya melihat catatan sejarah dan juga dari tayangan televisi kemegahan dan rasa kekaguman terhadap mahakarya seni arsitektur candi ini seakan-akan sebuah mimpi belaka. Pesimistis dan tidak terlalu menarik untuk dikunjungi. Namun bermula kurang lebih 7 tahun yang lalu ketika tanpa direncanakan untuk mengunjungi candi ini, akhirnya waktu memperkenankan saya untuk mengunjunginya (dari kota Medan menuju Yogyakarta). Dan sebagaimana pelancong luar yang berkunjung ke Yogyakarta maka tidak lengkap bila kemudian untuk tidak singgah pula ke situs sejarah dunia ini.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Tibalah pada harinya, dan berbekal perjalanan kurang lebih 1 jam sampai ke lokasi. Meski dari jauh yakni kurang lebih 2 km dari posisi Candi Borobudur tepatnya di parkiran mobil pengunjung, rasa pesimistis dan ketidaktertarikan akan obyek wisata ini dulu seakan sirna dan terbantahkan. Kemegahan dan keindahan berikut kekaguman terhadap candi yang juga diakui keajaiban dunia ini seolah-olah seperti bangunan tak bertepi. 

Candi Borobudur sebagai mahakarya seni yang diciptakan dengan tingkat akurasi dan presisi yang sangat tinggi. 

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Mungkin bagi saya pengunjung yang baru pertama kali melihatnya akan beranggapan sama dengan kaum halusinasi yang berimajinasi, bahwa tidak mungkin ribuan tahun yang lalu bisa menciptakan kemegahan bangunan sekelas Candi Borobudur ini. 

Seperti mimpi apakah candi semegah ini benar adanya dibuat oleh manusia kala itu dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau diturunkan dari langit dan Tuhan yang membuatnya sendiri? Ajaib dan layak sebagai Wonderful Indonesia juga dunia.

Tidak berlama-lama maka perjalanan dimulai untuk mengeksplorasi kemegahan Candi. Berjalan di terik matahari dan berbaur dengan para pengunjung baik dari domestik dan luar negeri untuk kemudian menyentuh langsung dan menikmati realita mahakarya ini. Perjalanan dari setiap langkah menaiki setiap anak tangga satu persatu hingga ke puncak candi. Sebuah perjalanan yang melelahkan dan baru tahu kemudian bahwa sesungguhnya bangunan tepatnya monumen yang monumental ini selain sebagai pusat ziarah dan ibadah keagamaan Buddha memiliki 3 simbol spiritual yang dulu saat mengunjunginya tidak terinfokan sebelumnya (merupakan salah satu poin kelemahan pengelolaan obyek wisata bersejarah yang kurang literasi padahal sejatinya kemegahan dan keindahan suatu obyek wisata itu diperlukan narasi yang cukup yang kemudian menjadi oleh-oleh untuk dibagikan kepada orang lain sebagai pengalaman sehabis berlibur).

Berdasarkan beberapa sumber mengatakan bahwa bangunan candi ini melambangkan ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha yaitu:

Kamadhatu : Bagian kaki candi sebagai awal penziarahan dari dasar tangga candi ini disimbolkan sebagai bermakna "ranah nafsu" atau "dunia nafsu". Sebuah level kehidupan yang paling dasar dari seorang manusia yang dipenuhi oleh nafsu dan keserakahan dunia.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Rupadhatu : Melanjutkan perjalanan keatas dari bagian candi Borobudur maka didapatkan empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief. Pada level bangunan candi ini disimbolkan bahwa Rupadhatu atau "alam berwujud" yaitu sebagai dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Sebagaimana dalam tingkatan kehidupan manusia yang hidup diantara alam bawah dan alam atas.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Arupadhatu : Kemudian semakin naik keatas yakni di lantai kelima hingga ketujuh dimana dindingnya tidak berelief menyimbolkan "alam tanpa wujud". Denah lantai berbentuk lingkaran yang menandakan bahwa alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana atau surga.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Dan bila sampai ke puncak dari candi ini disimbolkan bahwa tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS

Bila melihat Candi Borobudur ini maka tepatlah kiranya bahwa bangunan maha megah ini adalah bukan hanya tumpukan batu tanpa makna yang diwariskan oleh leluhur dengan seluruh harapan dan doa kejayaan dan kemakmuran terhadap negeri ini. 

Terlepas dari bangunan yang tepatnya adalah sebuah rumah ibadah maha besar dari penganut agama Buddha, inklusifitas dan eksistensi Candi Borobudur yang berdiri megah dan diyakini pernah menjadi pusat budaya nusantara dan dunia mengingatkan setiap pengunjungnya untuk menghormati Sang Pencipta berikut lingkungannya.

Kesakralan dan spirit candi ini ditandai pula dengan ratusan bahkan mungkin kala itu ribuan relief yang menunjukkan keberadaan seni budaya khususnya kemajuan seni musik yang juga masih terpampang di dinding-dinding Candi yang ditandai dengan instrumen alat musik, yaitu alat musik petik, tiup, pukul, dan membran. 

Relief-relief ini sebagai bukti sejarah untuk memanggil setiap orang tanpa batas untuk kembali menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat pertunjukan dan persembahan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dan diharapkan pula semangat yang sama bisa diwujudkan lewat pertunjukan seni dan budaya baik secara lokal maupun domestik bahkan pertunjukan kolosal dengan melibatkan pertunjukan dari beberapa negara.

Dalam diam Candi Borobudur dengan kemegahan dan kemisteriannya juga bertutur merdu kepada setiap orang bahwa sejatinya monumen ini bisa menyatukan setiap suku, agama dan ras. Memberikan lantunan keharmonisan antara manusia dan Pencipta, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam dan lingkungan. 

Bagi kita sebagai anak negeri sudah sepantasnya pula menjaga dan melestarikan cagar budaya negeri bahkan dunia ini untuk tetap indah dan megah. Sepatutunya bila melihat kemegahan Candi Borobudur kita diingatkan bahwa sejarah mencatat bahwa justru Candi Borobudur pernah terlantar dan hampir tenggelam. Kemudian direstorasi dengan begitu menghabiskan energi dan upaya berikut ribuan gulden oleh pemerintah Belanda (milyaran rupiah bila diperhitungkan saat ini). Dilanjutkan pula sumbangan jutaan dollar oleh UNESCO untuk menyempurnakan pemugaran Candi yang telah menuturkan banyak cerita peradaban kehidupan manusia itu sendiri.

Bagaimana dengan kita sebagai pewaris negeri sendiri? Apakah bukti kejayaan negeri dengan lantunan diam Candi Borobudur masih belum menggugah hati? 

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Giliran kita untukW kembali menyuarakan Borobudur sebagai pusat peradaban dunia dan membangkitkan kembali kejayaan Indonesia di alam semesta. Sejarah mencatat meski pernah terkubur namun keajaiban candi ini merefleksikan setiap hati yang terusik untuk memanggilnya datang kembali. Semoga

Medan, 1 Mei 2021

--Jesayas Budiman Surbakti--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun