Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sound of Borobudur: Lantunan Merdu Surga Tanpa Tutur

1 Mei 2021   23:25 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:42 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Arupadhatu : Kemudian semakin naik keatas yakni di lantai kelima hingga ketujuh dimana dindingnya tidak berelief menyimbolkan "alam tanpa wujud". Denah lantai berbentuk lingkaran yang menandakan bahwa alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana atau surga.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Dan bila sampai ke puncak dari candi ini disimbolkan bahwa tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS

Bila melihat Candi Borobudur ini maka tepatlah kiranya bahwa bangunan maha megah ini adalah bukan hanya tumpukan batu tanpa makna yang diwariskan oleh leluhur dengan seluruh harapan dan doa kejayaan dan kemakmuran terhadap negeri ini. 

Terlepas dari bangunan yang tepatnya adalah sebuah rumah ibadah maha besar dari penganut agama Buddha, inklusifitas dan eksistensi Candi Borobudur yang berdiri megah dan diyakini pernah menjadi pusat budaya nusantara dan dunia mengingatkan setiap pengunjungnya untuk menghormati Sang Pencipta berikut lingkungannya.

Kesakralan dan spirit candi ini ditandai pula dengan ratusan bahkan mungkin kala itu ribuan relief yang menunjukkan keberadaan seni budaya khususnya kemajuan seni musik yang juga masih terpampang di dinding-dinding Candi yang ditandai dengan instrumen alat musik, yaitu alat musik petik, tiup, pukul, dan membran. 

Relief-relief ini sebagai bukti sejarah untuk memanggil setiap orang tanpa batas untuk kembali menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat pertunjukan dan persembahan pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dan diharapkan pula semangat yang sama bisa diwujudkan lewat pertunjukan seni dan budaya baik secara lokal maupun domestik bahkan pertunjukan kolosal dengan melibatkan pertunjukan dari beberapa negara.

Dalam diam Candi Borobudur dengan kemegahan dan kemisteriannya juga bertutur merdu kepada setiap orang bahwa sejatinya monumen ini bisa menyatukan setiap suku, agama dan ras. Memberikan lantunan keharmonisan antara manusia dan Pencipta, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam dan lingkungan. 

Bagi kita sebagai anak negeri sudah sepantasnya pula menjaga dan melestarikan cagar budaya negeri bahkan dunia ini untuk tetap indah dan megah. Sepatutunya bila melihat kemegahan Candi Borobudur kita diingatkan bahwa sejarah mencatat bahwa justru Candi Borobudur pernah terlantar dan hampir tenggelam. Kemudian direstorasi dengan begitu menghabiskan energi dan upaya berikut ribuan gulden oleh pemerintah Belanda (milyaran rupiah bila diperhitungkan saat ini). Dilanjutkan pula sumbangan jutaan dollar oleh UNESCO untuk menyempurnakan pemugaran Candi yang telah menuturkan banyak cerita peradaban kehidupan manusia itu sendiri.

Bagaimana dengan kita sebagai pewaris negeri sendiri? Apakah bukti kejayaan negeri dengan lantunan diam Candi Borobudur masih belum menggugah hati? 

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Giliran kita untukW kembali menyuarakan Borobudur sebagai pusat peradaban dunia dan membangkitkan kembali kejayaan Indonesia di alam semesta. Sejarah mencatat meski pernah terkubur namun keajaiban candi ini merefleksikan setiap hati yang terusik untuk memanggilnya datang kembali. Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun