Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wahai Kartini, Engkau adalah Penolong!

21 April 2021   17:14 Diperbarui: 24 April 2021   13:24 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tepat tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Hari lahirnya salah seorang pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini yang memperjuangkan dan berupaya melindungi hak wanita di tanah air agar sejajar dan berdaulat layaknya dengan kaum pria. 

Sebagaimana mengutip artikel saya sebelumnya di Kompasiana dengan judul Emansipasi Kaum Wanita, Kegagalan Kaum Pria?”  menjadi sebuah pertanyaan yang menjadi PR besar diantara keseimbangan antara hak dan kewajiban wanita di tengah peringatan Hari Kartini.

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18)

Kartini sebagai lambang perwakilan wanita bukanlah sebuah isu terkini yang menjadi diskusi terhadap posisi wanita sesungguhnya. Bahkan Alkitab mencatat bahwa pasca permulaan penciptaan manusia berikut segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dan ciptaanNya hadir, ternyata menjadi permasalahan yang timbul adalah tidak adanya “penolong sepadan” bagi manusia (laki-laki) untuk mengusahakan bumi dan seluruh ciptaan yang ada.

Seluruh yang dijadikanNya sungguh teramat “baik” namun belum sempurna kala Adam sebagai manusia pertama yang menggambarkan jati diri Tuhan itu sendiri. Kalau berandai-andai terhadap rahasia Kitab Suci, seluruh proses penciptaan dengan rentetan kata “hari” ketujuh disebutkan Tuhan berhenti menyelesaikan pekerjaan dan rencanaNya atas bumi dan manusia (Kejadian 2:2-3). 

Bahkan menurut saya pribadi sepertinya perempuan atau wanita menjadi sesuatu yang “terlupakan” dari bagian rencana awal Sang Pencipta. Sehingga pada akhirnya ketika ia tidur, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk dari Adam untuk kemudian membangun sesuatu sosok dan menyebutnya seorang perempuan atau wanita. Disebut perempuan karena ia diambil atau dibuat dari laki-laki.

Penolong

Saya adalah bukan seorang epistemolog terhadap isi kitab suci. Namun berangkat dari membaca Kitab Kejadian 1 dan 2 sebagai awal sejarah dunia dan kehidupan, maka pemahaman saya tentang perempuan adalah seseorang yang dalam perjalanan kehidupan awal dengan seluruh ciptaan yang berlabel teramat baik oleh Sang Pencipta terdapat sebuah kekurang sempurnaan. 

Bahwa dikala manusia pertama berjalan yang tentunya menjalankan perintah agung Pencipta untuk memelihara dan mengusahakan seluruh ciptaan di Taman Eden tidak mendapatkan teman penolong untuk bekerjasama. 

Adam kewalahan untuk bekerja sendiri. Dan penolong itu adalah seorang perempuan!

Perintah agung awal Sang Pencipta untuk mengusahakan seluruh isi bumi untuk keberlangsungan kehidupan bila ditelisik adalah visi pertama Tuhan. Tidak ada yang bisa mengukur berapa lama antara kesendirian Adam sebagai manusia pertama sampai akhirnya Tuhan memutuskan membangun wanita pertama, Hawa. Meski bila dibaca pasal demi pasal sesungguhnya Tuhan yang berinisatif kemudian untuk menciptakan seorang wanita kemudian bagi Adam (Kejadian 2:18).

Taman Eden sebagai taman penuh sukacita dan gambaran Surga yang semuanya ada tersedia bagi Adam ternyata memiliki kekurangan tanpa kehadiran sosok wanita. Adam bisa bekerja namun tidak mendapatkan rupa atau bentuk secara badaniah yang merupakan seprototipe atau sejenis dengan dia. Dia mendapati tumbuhan, binatang hutan dan segala burung di udara namun bingung karena tidak seperti dia adanya. 

Kesepian, kelelahan, dan kehabisan akal berpikir dan berkomunikasi sendiri. Meski pun waktu-waktunya yang saya yakini sangat dekat dan bisa berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta.

Tuhan tahu dan setelah melihat langsung keseharian Adam di Taman Eden dengan kesendiriannya yang kemudian memutuskan untuk membuat sosok perempuan sebagai teman sekerja yang sepadan dengan Adam. 

Perempuan yang diambil dari laki-laki, berasal dari tulang rusuknya bukan dari tapak kaki, atau dengkul, bukan pula dari dagu apalagi dari kepalanya. Tulang rusuk menjadi pelindung berbagai organ penting dalam tubuh manusia seperti jantung, paru-paru dan juga hati. 

Keberadaan tulang rusuk ini seakan memberikan fakta bahwa sejatinya seorang perempuan adalah menjadi pelindung nafas, darah dan emosi bagi kehidupan mitranya para kaum pria.

Memberikan keseimbangan berpikir dan menetralisir emosi dan pikiran sebagai modal utama dalam menjalankan pekerjaan dan kehidupan.

“Sepadan” – “Setara”

Penolong yang bukan untuk ditendang karena bukan berasal dari kaki atau dengkul, dan titik terpenting pula wanita atau perempuan bukan pula disepadankan untuk menjadi otak atau kepala dari kaum laki-laki. Penolong yang berarti memberikan sesuatu hal atau pekerjaan bisa menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dalam mencapai tujuan bersama. Tujuan atau perintah agung Sang Pencipta untuk memelihara dan mengusahakan taman atau dunia sesuai dengan rencanaNya yang sempurna.

Sampai hari ini kata “sepadan” atau kesetaraan peran wanita yang sering menjadi perdebatan. Baik dalam konteks wanita sebagai seorang pribadi maupun peran status sosial seorang perempuan. 

Layakkah perempuan dalam mengejar kesepadanan atau kesetaraan itu menjadi “kepala” atau “pemimpin” terhadap kaum laki-laki. Apakah benar kesepadanan itu akhirnya melegitimasi bagi kaum perempuan untuk mengambil alih fungsi dan peran pemimpin atau Imam dari para pria? Dan apakah emansipasi wanita adalah upaya pengingkaran terhadap kodrat wanita mula-mula?

Begitu banyak pertanyaan dan aksioma untuk mendudukkan peran dan fungsi wanita diatas. Bagi saya dengan seluruh pemahaman yang ada dan tetap berangkat dari kisah perjalanan kehidupan baik dari membaca kisah Kitab Suci maupun pengalaman langsung, maka kata sepadan sesuai pemahaman saya adalah sebagai mitra untuk mencapai tujuan mulia. 

Terlepas masalah status sosial yang hari-hari ini beberapa wanita “terlihat” sebagai seorang yang lebih “laki-laki” dari kaum pria itu sendiri. Dan kembali ke motivasi awal yang Tuhan rencanakan adalah sesungguhnya wanita adalah penolong sepadan. 

Tidak bisa dipisahkan dari kata penolong dan hanya mengejar kata sepadan atau setara.

Ini adalah sebuah tipuan dari si iblis. Penolong sepadan adalah bukan memotivasi untuk mengejar kata “sama” atau “sebangun” atau “sederajat” tanpa ada perbedaan. 

Sebuah tipuan iblis yang hendak mengaburkan kodrat kedua belah pihak antara laki-laki dan perempuan. Seorang Imam adalah pemimpin bukan sebuah titel yang nihil tanggungjawab untuk mengemban tugas dan amanat agung sang Pencipta. Sampai kapanpun laki-laki (suami) adalah Imam dan perempuan (istri) adalah asisten Imam. Keberadaan wanita (istri) wajib tunduk dan hormat kepada Imamnya (suami), dan kewajiban sang Imam untuk mengasihi perempuan (istri). 

Jangan terseret dengan simbol-simbol duniawi dengan pangkat atau jabatan demikian pula dengan penghasilan atau gaji yang lebih tinggi diterima dari “Kartini-Kartini” saat ini. Sebuah tawaran yang seharusnya tidak akan menggoyahkan iman dan cinta kasihmu ditengah-tengah berjerih lelah. Biarlah peringatan Hari Kartini dengan spirit emansipasi kaum perempuan untuk menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang Tuhan inginkan. 

Ditengah tuntutan zaman dan upah dosa yang membuat dunia semakin jauh dari kesempurnaan atas skenario penciptaan mula-mula. Tetap semangat meski di tengah Taman Eden yang sekarang semakin menjadi taman edan. Doa dan cinta kasihmu yang harus berpeluh untuk turut bekerja tidak akan luntur karena Tuhan senantiasa memberkati langkah-langkahmu. Engkau yang akan selalu menjadi mitra abadi sang adam. Salam.

Medan, 21 April 2021

--JBS--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun