Terlepas masalah status sosial yang hari-hari ini beberapa wanita “terlihat” sebagai seorang yang lebih “laki-laki” dari kaum pria itu sendiri. Dan kembali ke motivasi awal yang Tuhan rencanakan adalah sesungguhnya wanita adalah penolong sepadan.
Tidak bisa dipisahkan dari kata penolong dan hanya mengejar kata sepadan atau setara.
Ini adalah sebuah tipuan dari si iblis. Penolong sepadan adalah bukan memotivasi untuk mengejar kata “sama” atau “sebangun” atau “sederajat” tanpa ada perbedaan.
Sebuah tipuan iblis yang hendak mengaburkan kodrat kedua belah pihak antara laki-laki dan perempuan. Seorang Imam adalah pemimpin bukan sebuah titel yang nihil tanggungjawab untuk mengemban tugas dan amanat agung sang Pencipta. Sampai kapanpun laki-laki (suami) adalah Imam dan perempuan (istri) adalah asisten Imam. Keberadaan wanita (istri) wajib tunduk dan hormat kepada Imamnya (suami), dan kewajiban sang Imam untuk mengasihi perempuan (istri).
Jangan terseret dengan simbol-simbol duniawi dengan pangkat atau jabatan demikian pula dengan penghasilan atau gaji yang lebih tinggi diterima dari “Kartini-Kartini” saat ini. Sebuah tawaran yang seharusnya tidak akan menggoyahkan iman dan cinta kasihmu ditengah-tengah berjerih lelah. Biarlah peringatan Hari Kartini dengan spirit emansipasi kaum perempuan untuk menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang Tuhan inginkan.
Ditengah tuntutan zaman dan upah dosa yang membuat dunia semakin jauh dari kesempurnaan atas skenario penciptaan mula-mula. Tetap semangat meski di tengah Taman Eden yang sekarang semakin menjadi taman edan. Doa dan cinta kasihmu yang harus berpeluh untuk turut bekerja tidak akan luntur karena Tuhan senantiasa memberkati langkah-langkahmu. Engkau yang akan selalu menjadi mitra abadi sang adam. Salam.
Medan, 21 April 2021
--JBS--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H