Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Junior

14 April 2021   11:21 Diperbarui: 14 April 2021   14:26 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kilas balik terhadap pengalaman masa lalu terkadang membawa diri pada sebuah kejenakaan dan tersenyum sendiri. Ada saja momen-momen yang mucul kembali karena teringat kembali masa-masa dulu yang punya cerita dengan segala rasa. Termasuk pagi ini kala menatap keluar dari jendela kaca kantor secara tidak sengaja melihat sebuah gedung hijau di pusat Kota Medan tempat bekerja dulu dengan sebutan “Junior” tepatnya Auditor Junior.

Masa perkuliahan di tingkat akhir sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi adalah waktu yang paling tepat untuk mencoba bertarung dan merasakan atmospir dunia kerja nyata. Dan sembari menunggu wisuda setelah menyelesaikan skripsi maka saya bersama teman-teman seangkatan yang sering berguru dengan para senior kampus berbagi pengalaman bagaimana bisa menimba ilmu dan juga mencari lowongan pekerjaan. Selangkah lebih maju begitu seharusnya yang dilakukan oleh setiap mahasiswa tingkat akhir menentukan kehidupan dan karir pekerjaan. 

Tidak masalah apakah diterima atau ditolak, setidaknya menjadi bekal dan alat ukur diri terhadap daya jual diri di tengah kompetisi dunia kerja.

Setelah melewati tahapan demi tahapan dari sebuah lowongan di Kantor Akuntan Publik terbesar di Indonesia yang memiliki kantor cabang di Medan, saya diterima dan layak untuk kemudian diberi label seorang junior auditor. Harapan saya sebenarnya bahwa akan dibekali terlebih dahulu dengan pendidikan atau pelatihan yang memadai sebelum terjun langsung ke lapangan, namun ternyata harapan itu ternyata bukanlah seperti yang saya duga. “Berkas ini adalah laporan keuangan 3 tahun tahun buku, kamu pelajari dan 3 hari lagi kita berangkat”, ujar manager audit kepada saya. 

Antara terkejut, takjub, dan bimbang

Terkejut karena baru secara riil melihat seluruh laporan tersebut secara teknis dan berbeda jauh antara yang dipelajari sewaktu kuliah, takjub karena harapan kantor yang mempekerjakan saya memberikan kepercayaan langsung dan merespon setiap pekerja baru yang diterima adalah orang-orang yang layak dipercaya kompetensinya, bimbang karena belum beradaptasi dan tidak tahu mana yang akan dikerjakan duluan.

Pekerjaan di Kantor Akuntan Publik ini adalah bukanlah kantor yang pertama yang pernah saya masuki untuk merasakan dunia kerja. Sebelumnya kurang lebih 6 bulan sebelumnya saya adalah berstatus magang dengan pilihan menjadi pegawai tetap di sebuah perusahaan BUMN Telekomunikasi. Sebuah misteri hidup yang sampai hari ini saya tidak mengerti mengapa dulu setelah pembuatan dan pengujian paper dari magang dengan opsi ikatan dinas tidak saya terima. 

Hanya karena di bulan ke 5 magang melihat betapa asyiknya para auditor dari sebuah KAP mengaudit dan begitu punya kuasa dengan menenteng laptop, berpakaian yang rapi dan intinya sangat ditakuti oleh pihak kantor tempat saya magang. Sebuah sentilan terdengar ke telinga saya oleh salah seorang karyawan, “Kalau anak akuntansi belum sah bekerja kalau tidak menjadi auditor (akuntan)”. Mungkin bahasa provokasi ini yang kemudian mungkin membuat saya goyah dan akhirnya memutuskan mengakhiri kontrak magang dengan satu visi harus jadi audior atau akuntan.

Kembali ke cerita audior junior sebelumnya yang terputus. Penugasan pertama ke lapangan dengan sebuah tim audit telah di depan mata. Proses identifikasi dan pengujian awal terhadap lingkungan bisnis auditee telah dilakukan. Waktu 3 hari dirasakan begitu mepet dan kurang. Dengan tempat bertanya atau mencoba membangun komunikasi dengan senior yang lain yang menurut saya saat itu sungguh berbeda dengan kantor sebelumya. Iklim dan lingkungan kerja di bidang telekomunikasi dengan audit yang berbeda. Semua sibuk dengan laptopnya masing-masing dengan tumpukan berkas dan tidak ada tempat bertanya! 

Antara malu atau hendak membuktikan diri bahwa saya bukan “calon sarjana akuntan” abal-abal.

Waktu telah tiba untuk ke medan tempur. Dipimpin seorang kakak senior auditor dan seorang auditor yang lain bersama dengan 4 orang berlabel junior. Terbang ke luar kota dengan menginap di sebuah hotel ternama didaerah itu membuat diri berbangga hati. Sebuah perjalanan dinas pertama dengan label auditor.

Namun kebanggaan ini tidak bertahan lama, sebuah interaksi antara senior dan anak bawang mulai membuat kegerahan dan keresahan. Di mulai dengan arus komunikasi yang kurang baik antara ketua Tim dengan manager Tim, kurangnya bimbingan dari anak lama, anak bawang yang kurang sigap, atau bahkan sedikit pemikiran negatif saat itu adanya isu lain antara anak lama dengan teman-teman baru yang adalah anak bawang. Hubungan timbal balik yang naik-turun antara junior-senior yang secara garis besar terjadi dimanapun.

Campur aduk menjadi satu. Namun prinsip boleh berbeda pendapat atau bertengkar bahkan “cakar-cakaran” namun target deadline pelaporan yang telah ditetapkan menjadi tujuan akhir tanpa kompromi. Di depan auditee boleh bersenyum ria dan tetap kompak namun setelah meeting selesai dan menyisakan Tim suasana menjadi mencekam. Sebuah realita yang mungkin pengalaman ini telah berubah atau hanya bagian dari pengalaman saya dan teman-teman saja.

Prinsip kerja dengan beban kerja berjibun yang membuat pengalaman sebagai auditor sungguh berharga. 

Rasio beban pekerjaan dengan tingkat produktivitas yang sangat tinggi dan batas waktu penyelesaian laporan yang menuntut kecepatan dan keakuratan menampilkan informasi sehingga pengambilan keputusan terhadap seluruh pihak pengguna laporan. Ditempa dengan tekanan yang tinggi dengan tujuan akhir adalah tujuan bersama diluar interaksi yang kurang baik tidak akan menjadi penghalang untuk menunjukkan profesionalisme.

Sampai hari ini prinsip dasar dari pengalaman sebagai auditor di KAP ini serasa menjadi modal besar meski hanya selama 6 bulan. Enam bulan yang sama dengan 6 tahun pengalaman. Pengalaman sebagai junior dengan semua suka dukanya yang relevan digunakan di perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Tidak pernah menyesal apalagi mendendam meski junior atau anak bawang dengan sejuta rasa dengan sang senior atau anak lama. Dunia boleh berganti namun sang junior terus melaju dengan tetap menimba pengalaman demi pengalaman sehingga menjadi senior yang lebih mumpuni. Mumpuni dalam kompetensi juga interaksi dimana era dan perubahannya terus berganti. Semangat!

Medan, 14 April 2021

Salam Profesionalisme

--JBS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun